Kebiasaan ini membuat tubuh berisiko menumpuk kalori ekstra sebelum tubuh memiliki kesempatan memberi sinyal bahwa tubuh tidak benar-benar membutuhkannya.
Fakta sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Nutrients edisi Januari 2019, menunjukkan bahwa orang yang makannya lebih lambat cenderung memiliki hormon ghrelin yang rendah—hormon yang mengatur rasa kenyang.
Sementara orang yang makan terlalu cepat, mereka tidak memberikan tubuh kesempatan untuk menekan ghrelin, karena itu menjadikan kita ingin makan lebih banyak, kata Sarah Plugradt, RDN, LDN, seorang ahli gizi terdapat dilansir dari Live Strong.
Gangguan Pencernaan
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa makan teralu cepat dapat membawa Moms pada masalah pencernaan yang tidak diinginkan.
Makan cepat juga dikaitkan dengan penyakit gastritis erosif yaitu peradangan yang menggerogoti lapisan lambung, yang menyebabkan luka.
Salah satu alasannya orang yang menelan makaan lebih cepat, menyebabkan makanan berada di perut lebih lama, sehingga lapisan lambung terkena lebih banyak asam lambung.
Sindrom Metabolik
Bahaya lainnya yang mengintai orang yang makan terlalu cepat yakni risiko terkan sindrom metabolik.
Melansir dari Clean Eating, secara khusus, orang dengan kebiasaan ini memiliki lingkar pinggang yang besar dan kadar kolesterol baik yang rendah.
Dua faktor ini lah yang membentuk sindrom metabolik dan mereka sering menjadi pertanda penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR