Nakita.id - Salah satu hal penting yang perlu Moms perhatikan dalam mengawasi tumbuh kembang anak adalah mengenai pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak.
Biasanya pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak dilakukan secara rutin di posyandu terdekat.
Ini sebagai upaya memantau pertumbuhan bayi dan bisa mendeteksi sedari dini bila ada hal yang tidak diinginkan seperti kurang gizi.
Bila anak terindikasi mengalami kurang gizi, maka penanganan secepat mungkin bisa berdampak besar bagi pertumbuhan anak ke depannya.
Tim Nakita telah mewawancarai Giyatmi selaku ketua Posyandu Dusun Supan, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah serta Wiwin Sugiyarti selaku kader Posyandu.
Di Posyandu Supan, pengukuran tinggi badan dilakukan secara rutin.
"Pengukuran tinggi badan di Posyandu Supan diselenggarakan pada bulan Februari dan Agustus, bersamaan dengan pemberian vitamin A," jelas Wiwin Sugiyarti.
Di Posyandu Supan, terdapat dua alat untuk mengukur tinggi badan.
Alat pengukur tinggi badan infantometer untuk bayi, dan stadiometer untuk balita yang sudah bisa berdiri.
Baca Juga: Penasaran Bagaimana Cara Mengisi KMS Posyandu? Begini Penjelasannya
Pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala dilakukan secara rutin dengan posisi yang harus tepat.
"Alat ukur tinggi badan bayi menggunakan infantometer yang diletakkan di meja. Kemudian bayi direbahkan di atas meja dan diukur tingginya," ungkap Wiwin Sugiyarti.
"Untuk mengukur tinggi balita menggunakan stadiometer. Posisi pengukuran harus di permukaan lantai dan tembok yang rata," imbuhnya.
Giyatmi menjelaskan bagaimana posisi yang benar dalam mengukur tinggi badan anak menggunakan stadiometer.
"Posisi anak harus benar. Pastikan anak berdiri tegak dengan kepala, bahu, bokong, betis, dan tumit menyentuh permukaan dinding. Anak juga tidak menggunakan alas kaki sama sekali," ujar Giyatmi.
Wiwin lantas menjelaskan tugas kader posyandu yaitu berupa melakukan pengukuran dan mencatat hasilnya.
"Kami sebagai kader posyandu hanya mencatat hasil pengukuran. Kemudian kami melaporkannya kepada bidan desa. Bidan desa yang kemudian menentukan apakah anak terkena stunting atau tidak," paparnya.
Untuk pengukuran lingkar kepala juga dilakukan di bulan yang sama dengan pengukuran tinggi badan.
"Pengukuran lingkar kepala juga dilakukan di bulan Februari dan Agustus," ujar Win.
Pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala dilakukan secara rutin untuk mengetahui pertumbuhan anak.
Alat yang digunakan untuk mengukur lingkar kepala adalah menggunakan pita ukur.
Pita ukur dilingkarkan ke kepala anak lalu diukur dan dicatat.
"Kader-kader sudah dilatih untuk melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar kepala," ungkap Giyatmi.
Moms sebaiknya rutin mengunjungi posyandu terdekat untuk mengetahui tumbuh kembang anak dan bisa mendeteksi sedari dini risiko stunting.
Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, serta produktivitas rendah.
Stunting ditandai dengan tubuh pendek dari anak-anak umumnya.
Menurut KKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), 11,7% bayi terlahir dengan gizi kurang.
Ciri-cirinya, panjang tubuh tidak sampai 48 cm dan berat badan di bawah 2,5 kg (berat badan lahir rendah/BBLR).
Baca Juga: Wajib Banget Tahu Peranan Posyandu Untuk Ibu Hamil dan Balita, Ini Penjelasannya
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR