Nakita.id - Setiap orangtua tentu ingin memiliki anak yang sehat, aktif, dan ceria.
Sayangnya, tidak semua anak beruntung memiliki fisik sempurna.
Melansir Tribun Style, ada kasus seorang anak yang menderita demensia sejak berusia 3 tahun.
Anak tersebut bernama Florence Swafffield.
Di tahun 2021, tepatnya bulan September, Florence yang saat itu berusia tiga tahun masih bisa berjalan normal.
Bahkan, dirinya masih berperan sebagai gadis penabur bunga di acara pernikahan.
Namun, beberapa bulan setelah pernikahan, kondisi Florence menurun.
Bila dulunya Florence bisa berjalan dengan lancar dan baik, perlahan keseimbangannya menurun hingga sering jatuh.
Dalam sehari saja, Florence bisa jatuh sekitar seratus kali.
Selain sering terjatuh, Florence juga semakin kehilangan kemampuan untuk komunikasi.
Kata yang bisa diucapkan hanya 'uh'.
Orangtua Florence lantas curiga ada yang tidak beres dengan putrinya.
Selain sulit berjalan dan kemampuan komunikasi berkurang, Florence juga tidur sangat lama.
Dalam sehari, Florence tidur selama 22 jam.
Florence juga mulai sering membuat suara-suara aneh.
Lama kelamaan, Florence menjadi menolak untuk makan.
Usai tahu kondisi anaknya semakin tak baik, orangtua Florence yang bernama Phoebe dan Joe memeriksakan kondisi anaknya ke dokter.
Setelah dokter memeriksanya, diketahui bahwa Florence mengidap demensia.
Demensia merupakan penyakit yang sebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir.
Setelah pemeriksaan lebih lanjut, Florence didiagnosis penyakit Batten's CLN 2 yang hingga kini obatnya belum ditemukan.
Penyakit itu menyebabkan penderitanya lama kelamaan kehilangan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Seperti makan, minum, komunikasi, dan berjalan.
Sehingga, penderita penyakit itu menjadi tidak mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk beraktivitas dan merawat diri.
Mendapat cobaan yang berat, orangtua Florence begitu tabah dan tegar.
Orangtua Florence masih merawat anaknya dnegan baik dan penuh kasih sayang.
Phoebe dan Joe bertekad memberikan yang terbaik untuk pengobatan anaknya.
"Di satu sisi, kami bersyukur bahwa kami menyadari situasi Florence dan kami dapat membuat kenangan khusus dengannya. Yang akan kami kenang seumur hidup," ujarnya.
Margin Wieheerm Berbagi Inspirasi dalam Memilih Pakaian Ramadan dan Lebaran untuk Anak
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR