"Thalasemia adalah penyakit genetik yang memang betul-betul memberikan efek pada kualitas hidup akibat penyakitnya sendiri ataupun terapi yang dijalankan," tutur Anna dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Jum'at (6/5/2022).
Anna mengatakan, pengidap thalasemia juga akan terhambat ketika melakukan aktivitas.
"Pengaruhnya tersebut dalam hambatan beraktivitas karena misalnya terlalu cepat lelah, sakit, ataupun karena harus punya waktu untuk menjalani transfusi darah," sambungnya.
Karena para pengidap thalasemia mau tidak mau harus meluangkan waktunya untuk pergi ke rumah sakit demi bisa menjalani pengobatan.
"Pada pengidap thalasemia yang mayor cukup sering keluhannya adalah untuk bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, dalam beberapa hari musti harus izin sekolah karena harus menyediakan waktu untuk pergi ke rumah sakit. Selain itu, orangtuanya tentu saja akan mengalami masalah karena kehilangan waktu untuk bekerja," jelas Anna.
Kerap jadi permasalahan adalah ketika pendamping para pengidap thalasemia seperti orangtua kesulitan mengatur waktu.
Baca Juga: Hari Thalassemia Sedunia, Yuk Kenali Penyebab dan Jenis-jenisnya
Karena di sisi lain orangtua harus bekerja, mengurus rumah, namun di sisi lain orangtua juga harus menemani anaknya menjalani pengobatan.
Pengidap Thalasemia Rentan Mengalami Depresi
Masalah psikologis yang mungkin akan terjadi pada pengidap penyakit thalasemia adalah depresi Moms.
Karena sebagian besar pengidap thalasemia akan merasa cemas, sulit bergaul di lingkungannya, serta tidak percaya diri.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR