Nakita.id - Para Moms wajib tahu! ternyata ini dampak psikologis yang akan terjadi pada para pengidap penyakit thalasemia.
Mungkin sebagian besar orang masih asing dengan penyakit yang bernama thalasemia.
Namun, pengidap thalasemia di Indonesia sendiri kini cukup banyak Moms.
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang disebabkan karena keturunan atau genetik.
Penyakit ini pun sulit sekali untuk disembuhkan Moms dan Dads.
Pengobatannya pun harus dilakukan dalam jangka panjang atau seumur hidup.
Salah satu cara pengobatan thalasemia adalah dengan melakukan transfusi darah.
Karena pengobatannya yang cukup panjang tersebutlah, para pengidap thalasemia bukan hanya bisa merasakan tubuhnya yang sakit.
Melainkan juga kesehatan psikisnya mudah sekali mengalami masalah.
Baca Juga: Catat, Ini Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi dan Dihindari Penderita Thalasemia
Thalasemia Menurunkan Kualitas Hidup Seseorang
Menurut Anna Surti Ariana, S.Psi., M.Si., Psi Psikolog Klinis Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok, Jawa Barat, menjelaskan penyakit thalasemia ini memang sangat berdampak pada kualitas hidup seseorang.
"Thalasemia adalah penyakit genetik yang memang betul-betul memberikan efek pada kualitas hidup akibat penyakitnya sendiri ataupun terapi yang dijalankan," tutur Anna dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Jum'at (6/5/2022).
Anna mengatakan, pengidap thalasemia juga akan terhambat ketika melakukan aktivitas.
"Pengaruhnya tersebut dalam hambatan beraktivitas karena misalnya terlalu cepat lelah, sakit, ataupun karena harus punya waktu untuk menjalani transfusi darah," sambungnya.
Karena para pengidap thalasemia mau tidak mau harus meluangkan waktunya untuk pergi ke rumah sakit demi bisa menjalani pengobatan.
"Pada pengidap thalasemia yang mayor cukup sering keluhannya adalah untuk bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, dalam beberapa hari musti harus izin sekolah karena harus menyediakan waktu untuk pergi ke rumah sakit. Selain itu, orangtuanya tentu saja akan mengalami masalah karena kehilangan waktu untuk bekerja," jelas Anna.
Kerap jadi permasalahan adalah ketika pendamping para pengidap thalasemia seperti orangtua kesulitan mengatur waktu.
Baca Juga: Hari Thalassemia Sedunia, Yuk Kenali Penyebab dan Jenis-jenisnya
Karena di sisi lain orangtua harus bekerja, mengurus rumah, namun di sisi lain orangtua juga harus menemani anaknya menjalani pengobatan.
Pengidap Thalasemia Rentan Mengalami Depresi
Masalah psikologis yang mungkin akan terjadi pada pengidap penyakit thalasemia adalah depresi Moms.
Karena sebagian besar pengidap thalasemia akan merasa cemas, sulit bergaul di lingkungannya, serta tidak percaya diri.
Karena hal tersebut pula yang membuat anak pengidap thalasemia rentan mengalami masalah di sekolahnya.
Anna mengatakan, thalasemia bisa membuat anak kesulitan untuk mendapatkan prestasi di sekolahnya.
"Bisa juga mengalami masalah di sekolah, misalkan mengalami kesulitan untuk memiliki prestasi yang cukup tinggi di sekolah karena proses belajarnya diwarnai dengan dia suka kelelahan, atau memang ada hari-hari dimana ia harus ke rumah sakit," tutur Anna.
Anna juga mengingatkan, gangguan psikologis bukan hanya bisa dialami pengidap thalasemia sendiri.
Tapi orang-orang di sekelilingnya seperti orangtua, saudara kandung, yang ikut mendampinginya juga rentan mengalami gangguan psikologis.
Baca Juga: Tekanan Darah Naik Setelah Olahraga, Haruskah Khawatir? Begini Penjelasannya
"Gangguan psikologis ini bukan hanya dirasakan oleh pengidap thalasemia saja tapi seringkali seluruh anggota keluarganya termasuk orangtua, atau saudara-saudara kandungnya, karena bisa jadi mereka dengan segala pengorbanan waktu, atau energi yang harus kita lakukan untuk membantu pengidap thalassemia mereka mengalami kesedihan, kecewa, putus asa, stress, depresi, atau lemas," kata Anna.
Kebanyakan orangtua yang mendampingi anak pengidap thalasemia justru lupa memperhatikan kesehatan dirinya sendiri.
Ketika kesehatan tidak terjaga, maka psikologis seseorang pun akan mudah sekali terganggu atau mengalami masalah.
Nah, ketika Moms atau Dads mengalami masalah psikologis maka akan berdampak buruk juga pada pengidap thalasemia.
"Mereka juga mungkin melupakan waktu-waktu untuk merawat kesehatan diri mereka sendiri sehingga mereka juga rentan mengalami masalah-masalah psikologis lainnya, dan ketika anggota keluarga mengalami masalah kesehatan psikologis bisa jadi berpengaruh terhadap pengidap thalassemia," ucap Anna.
Karena hal tersebutlah, penting menurut Anna untuk orangtua memahami kira-kira apa saja sih masalah psikologis yang rentan dialami pengidap thalasemia dan orang-orang yang mendampinginya.
Supaya bisa lebih berhati-hati, dan lebih aware menjaga kesehatan mental diri sendiri dan pengidap thalasemia.
Serta apabila sudah mengalami masalah pada psikologis Moms bisa tahu cara mengatasinya gimana.
"Sehingga menjadi lingkaran setan karena sama-sama mengalami masalah kesehatan psikologis maka penting sekali untuk memahami sebenarnya masalah-masalah atau kesehatan mental bagi para pengidap thalassemia dan keluarganya supaya bisa mencegah dan mengatasinya," tutup Anna.
Baca Juga: Penyandang Diabetes Jangan Khawatir, Ini Tips Supaya Kadar Gula Darah Tetap Terjaga Meski Puasa
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR