Anak-anak pengidap thalasemia cenderung minder dan menarik diri dari lingkungannya.
Hal tersebut lah yang membuat anak-anak pengidap thalasemia mengalami masalah pada psikologisnya.
Salah satu masalah psikologis yang rentan dialami para pengidap thalasemia adalah deperesi Moms.
Berdasarkan penelitian, ada sekitar 25 - 30% orang dengan penyakit kronis berisiko tinggi mengalami depresi.
"Berdasarkan penelitian-penelitian orang-orang dengan penyakit kronis itu punya risiko tinggi mengalami depresi yaitu sekitar 25 – 30%. Jadi, bisa dibilang 1 banding 4 atau 3 dari orang yang mengalami penyakit kronis itu bisa mengalami depresi," ungkap Anna Surti Ariana, S.Psi., M.Si., Psi Psikolog Klinis Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok, Jawa Barat, dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Jum'at (6/5/2022).
Anna juga menyampaikan bahwa, pengidap thalasemia berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami depresi.
Baca Juga: Hari Thalassemia Sedunia, Yuk Kenali Penyebab dan Jenis-jenisnya
"Pengidap thalassemia sendiri punya risiko 3 kali lebih tinggi mengalami deperesi. Jadi, ketika seseorang mengalami thalassemia sebetulnya 3 kali lipat berisiko dibandingkan orang-orang yang tidak mengalami thalassemia untuk mengalami depresi," sambung Anna.
Depresi akan semakin parah apabila seseorang mengalami penyakit kronisnya tersebut dalam waktu lama.
Seperti diketahui, penyakit thalasemia adalah penyakit yang sulit diobati.
Pengobatannya memakan waktu lama bahkan seumur hidup Moms dan Dads.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR