Nakita.id - Wajib dipahami! ternyata ini faktor pengidap thalasemia mengalami depresi.
Thalasemia merupakan penyakit yang cukup membahayakan nyawa.
Lebih parahnya lagi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja dari berbagai usia.
Bahkan kini banyak sekali anak-anak di Indonesia yang justru mengidap thalasemia.
Pengobatan thalasemia juga cukup panjang dan salah satunya adalah melakukan transfusi darah.
Bayangkan saja, anak yang usianya masih sangat belia harus melakukan transfusi darah sangat menyakitkan bukan?
Anak-anak yang mengidap thalasemia juga pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu.
Bagi anak pengidap thalasemia tidak bebas melakukan banyak hal seperti anak-anak seusianya.
Pasalnya, tubuh anak yang mengidap thalasemia cenderung lebih lemah.
Baca Juga: Catat, Ini Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi dan Dihindari Penderita Thalasemia
Pengidap thalasemia mudah sekali merasa lelah, lemas, pucat, pusing, dan sebagainya.
Kondisi tersebut pula lah yang membuat anak-anak pengidap thalasemia sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
Anak-anak pengidap thalasemia cenderung minder dan menarik diri dari lingkungannya.
Hal tersebut lah yang membuat anak-anak pengidap thalasemia mengalami masalah pada psikologisnya.
Salah satu masalah psikologis yang rentan dialami para pengidap thalasemia adalah deperesi Moms.
Berdasarkan penelitian, ada sekitar 25 - 30% orang dengan penyakit kronis berisiko tinggi mengalami depresi.
"Berdasarkan penelitian-penelitian orang-orang dengan penyakit kronis itu punya risiko tinggi mengalami depresi yaitu sekitar 25 – 30%. Jadi, bisa dibilang 1 banding 4 atau 3 dari orang yang mengalami penyakit kronis itu bisa mengalami depresi," ungkap Anna Surti Ariana, S.Psi., M.Si., Psi Psikolog Klinis Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok, Jawa Barat, dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Jum'at (6/5/2022).
Anna juga menyampaikan bahwa, pengidap thalasemia berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami depresi.
Baca Juga: Hari Thalassemia Sedunia, Yuk Kenali Penyebab dan Jenis-jenisnya
"Pengidap thalassemia sendiri punya risiko 3 kali lebih tinggi mengalami deperesi. Jadi, ketika seseorang mengalami thalassemia sebetulnya 3 kali lipat berisiko dibandingkan orang-orang yang tidak mengalami thalassemia untuk mengalami depresi," sambung Anna.
Depresi akan semakin parah apabila seseorang mengalami penyakit kronisnya tersebut dalam waktu lama.
Seperti diketahui, penyakit thalasemia adalah penyakit yang sulit diobati.
Pengobatannya memakan waktu lama bahkan seumur hidup Moms dan Dads.
Tak heran, bila banyak sekali pengidap thalasemia yang juga mengalami tingkat depresi yang parah.
"Nah, yang juga memperparah adalah kalau pasien ini mengalami penyakit itu semakin lama. Jadi semakin lama menderita penyakitnya maka semakin parah juga tingkat depresinya," ungkapnya.
Hal tersebut bisa disebabkan karena para pengidap thalasemia rentan mendapatkan perlakuan tak nyaman.
Baik dari peyakitnya sendiri ataupun perawatan yang ia dapatkan Moms.
"Hal ini bisa disebabkan karena banyak perlakuan yang tidak nyaman yang ia dapatkan. Jadi dari penyakitnya sendiri ataupun tindakan seperti perawatan misalnya, anaknya harus ambil darah untuk pemeriksaan sebelum transfusi, atau sebelum transfusi berulang kali dan sebagainya," tutup Anna.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR