Nakita.id - Persalinan merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil.
Bukan cuma Moms saja, tetapi waktu melahirkan juga ditunggu oleh Dads dan keluarga besar.
Sebelum melahirkan, Moms tentu banyak mempersiapkan segala sesuatunya.
Persiapan yang dilakukan bukan hanya membeli perlengkapan baju bayi saja, tetapi juga memikirkan tempat dimana untuk melahirkan.
Moms mungkin merasa dilema dengan pilihan antara melahirkan di bidan atau dengan dokter kandungan.
Persiapan lainnya yang tak kalah penting adalah mengenai biaya persalinan.
Apalagi, saat ini, biaya persalinan memerlukan dana yang tak sedikit, sehingga Moms perlu mempersiapkan finansial yang cukup.
Pertimbangan pemilihan tempat bersalin dan biaya harus dipersiapkan sesegera mungkin.
Jangan khawatir, dalam artikel ini, akan membahas lebih rinci akan pertimbangan bersalin di bidan atau bersama dokter hingga biaya yang akan dikeluarkan.
Untuk menjawab keresahan para ibu hamil, Nakita melakukan bincang-bincang bersama Tantri Maharani Setyarini, Amd. Keb, E-RYT, RPYT selaku Bidan, Co-Founder Smilebirth.id, Pre & Posnatal Yoga Teacher dan juga Moms Evi Hilda Utami S.Pd yang membagikan pengalamannya saat melahirkan di bidan dalam Instagram Live Nakita, Rabu (25/5/2022).
Menurut Bidan Tantri, melahirkan di rumah sakit bersama dokter atau bidan, keduanya sama saja.
Namun, hal yang perlu diperhatikan sebelum melahirkan adalah, kondisi fisik masing-masing ibu hamil.
Apabila ibu hamil memiliki komplikasi kehamilan seperti adanya tekanan darah tinggi, diabetes, atau kondisi berbahaya lainnya, sebaiknya lakukan persalinan dengan dokter di rumah sakit.
Tetapi, jika kondisi fisik dan kandungan ibu dalam keadaan baik dan normal, maka dipersilakan untuk melahirkan di bidan terdekat.
"Semua pelayan kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun perawat sudah punya kompetensinya sendiri-sendiri, perbedaanya memang untuk persalinan yang dibantu oleh bidan biasanya persalinannya yang tidak ada penyulit. Namun, jika ada penyulit lainnya yang harus dilakukan, operasi sectio atau ada kondisi khusus yang harus diperhatikan dan tidak memungkinkan melahirkan di bidan praktik mandiri, biasanya bidan akan memberi rujukan untuk ke fasilitas yang lebih tinggi, disarankan melakukan pemeriksaan atau persalinan di dokter atau rumah sakit," ucap bidan Tantri.
Bidan Tantri kembali menekankan memilih dokter atau bidan sama baiknya, yang terpenting kondisi kesehatan ibu dan janin jadi faktor utama penentu tempat untuk melahirkan.
Bidan Tantri membenarkan jika mayoritas persalinan di Indonesia memang ditangani oleh seorang bidan, ini dikarenakan karena perihal kenyamanan, tetapi ada pula ibu yang lebih memilih melahirkan di rumah sakit.
"Pada intinya, semua tenaga kesehatan memberikan sesuai kompetensinya, sebenarnya tidak ada perbedaan. Sedikit membedakan adalah hanya seberapa percaya klien terhadap provider, ada beberapa ibu yang percaya sama bidan karena mungkin sesama perempuan, tetapi sekarang banyak juga dokter kandungan atau kebidanan dari wanita," sambungnya.
Pada acara yang sama, Moms Evi Hilda Utami, S.Pd, berbagai pengalamannya setelah melahirkan kedua anaknya di bidan. Pengalaman melahirkan di bidan ini menjadi momen yang tak mungkin ia lupakan begitu saja.
Moms Evi sempat bercerita bahwa ia memiliki ketakutan akan proses persalinan. Pasalnya, anak pertamanya lahir melewati HPL dan di kehamilan keduanya, ia memberikan afirmasi agar sang janin lahir sesuai dengan tanggal yang diperkirakan.
"Kemarin alhamdulillah lahiran dua-duanya normal dibantu oleh ibu bidan, pengalamannya dimulai dari HPL 16 Agustus 2021, kandungan 7 bulan memberikan afirmasi ke dedek bayi kalau dedek bayi harus lahir di mingggu ke 38-39 karena lahiran aku yang pertama itu melewatkan HP yang membuat aku takut, tegang, dan kapan lahiran," ucap Moms Evi.
Saat hamil anak keduanya, Moms Evi mengaku jika ia rutin melakukan aktivitas fisik yang ringan. Ia percaya bahwa dengan melakukan ini secara rutin akan memudahkan proses persalinan anak keduanya.
"Aku rutin senam hamil, jalan pagi dan juga sore, goyang-goyang pinggul, segala kegiatan dilakukan agar kepala dedek bayinya turun kepanggul, alhamdulillah di usia 39 sekitar tanggal 9 Agustus 2021 paginya masih jalan cepat dan tidak ada kontraksi dan sekitar sore sudah merasakan mulas dan magribnya ada keluar flek cokelat dan aku coba menghubungi ibu bidan dan katanya insya Allah itu tanda awal melahirkan, coba jalan-jalan lagi dan keesokan paginya keluar lendir darah dan aku semakin yakin itu tanda awal kelahiran" sambungnya.
Rupanya, Moms Evi termasuk ibu yang rajin melakukan konsultasi dengan bidan. Hampir semua saran yang diberikan oleh bidan selama pemeriksaan kehamilan ia jalani, ada beberapa alasan hingga akhirnya Moms Evi memutuskan untuk kembali melahirkan di bidan.
"Aku jalan lagi, senam hamil sampai pel pakai tangan supaya cepat pembukaan, aku belum ke bidan karena mulesnya belum teratur, masih bisa ketawa-ketawa itu masih jauh. Sekitar pukul tiga sore aku enggak bisa ditanya dan mules, kemudian aku memutuskan untuk ke rumah bidan, kemudian aku coba cek dalam dan ternyata sudah pembukaan menuju lima dan dinyatakan kelahiran di jam delapan malam. Sekitar pukul enam aku enggak bisa lagi goyang pinggul akhirnya tiduran di ruang bersalin, kemudian tidak kuat ingin mengejan, tetapi masih dilarang, tetapi aku sedikit-sedikit mengejan dan akhirnya jam setengah tujuh malam pecah ketuban dan setelah pecah ketuban aku dibolehkan mengejan dan siap melahirkan. Di jam 18.45, si adik bayi lahir dengan selamat, normal, sehat dan proses persalinannya tidak ada canggung, tegang, karena bidannya baik sabar juga pokonya minim trauma lahiran di bidan," ungkap Moms Evi.
Moms, sebelum memilih mau melahirkan dimana, pastikan kehamilan Moms sehat. Jika kondisi ibu dan janin baik, mau melahirkan dimana saja pun tetap aman.
Perihal biaya, sebenarnya tidak ada ketentuan harga yang dipatok oleh pemerintah, namun yang biaya persalinan bisa gratis apabila Moms menjadi peserta BPJS. Tetapi, kalau tanpa BPJS, melahirkan di praktik bidan mandiri ada di kisaran antara Rp 2,5 juta - Rp 5 juta.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR