Nakita.id - Apakah Moms tahu apa saja risiko melakukan tindakan kuret?
Sebagai informasi, kuret atau kuretase adalah salah satu tindakan yang biasa dilakukan ketika jaringan kehamilan masih tersisa di dalam rahim usai keguguran.
Selain itu, tindakan kuret hanya bisa dilakukan oleh dokter kandungan saja, Moms.
Dokter kandungan tersebut merupakan dokter yang memang sudah belajar dan sudah dilatih secara khusus untuk melakukan tindakan kuret tersebut.
Maka dari itu, tindakan kuret tentu tidak bisa dilakukan baik di bidan maupun di klinik.
Meski merupakan salah satu tindakan operasi, tindakan kuret juga bisa menimbulkan risiko berbahaya.
Oleh karenanya, sebelum memutuskan melakukan kuret, pastikan Moms sudah tahu terlebih dahulu apa saja risiko-risikonya.
Lantas, apa saja risiko-risiko melakukan tindakan kuret itu sendiri?
Tanpa berlama-lama, yuk kita simak penjelasan menurut ahlinya.
Baca Juga: Moms Wajib Tahu! Segini Kisaran Biaya Kuret di Bidan, Persiapkan Uangnya dari Sekarang
Ini dia Moms, risiko-risiko melakukan tindakan kuret menurut dr. Ivander Ramon Utama, F.MAS, Sp.OG, MSc, dokter kandungan di RSIA Bunda Jakarta.
Dalam wawancaranya bersama Nakita pada Kamis lalu (26/5/2022), dr. Ivander menyebut bahwa risiko paling umum yang bisa terjadi itu adalah infeksi.
“Risiko yang bisa terjadi itu yang paling umum adalah infeksi, dimana tindakan kuret tidak dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang bersih dan steril tentunya,” jelas dr. Ivander.
“Atau, bisa saja dilakukan dalam kondisi yang memang tidak memenuhi standar medis yang baik,” lanjutnya menjelaskan.
Selain itu, dr. Ivander juga mengungkapkan bahwa tindakan kuret juga berisiko untuk timbulnya perforasi.
Atau, biasa kita mengenalnya dengan sebutan rahim jebol.
“Perforasi atau rahim yang bolong atau jebol akibat tindakan kuret ini bisa terjadi karena banyak faktor,” katanya.
“Salah satunya adalah juga mengenai siapa yang melakukan tindakan kuretnya, sehingga memang harus dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah berpengalaman dan sudah memiliki pengetahuan,” terangnya.
Menurut dr. Ivander, risiko terjadinya perforasi ketika kuret itu bisa terjadi akibat faktor kondisi rahim tertentu.
“Misalnya, rahim yang sudah pernah sesar. Maka, risiko untuk terjadinya perforasi lebih tinggi,” ungkapnya.
“Kemudian, rahim yang memang sangat tipis karena pernah melakukan operasi pengangkatan miom. Itu juga bisa rawan untuk mengalami terjadinya perforasi pada waktu dikuret,” tambahnya.
dr. Ivander juga mengungkap, tindakan kuret yang terlalu membahayakan juga bisa berisiko untuk terjadinya perforasi.
Tak hanya itu, tindakan kuret juga memiliki risiko jangka panjang, Moms.
“Salah satunya adalah bisa mempersulit untuk bisa hamil di kemudian hari,” terang dr. Ivander.
“Jadi, memang harus mementingkan atau memikirkan juga bahwa pasiennya akan berencana punya anak lagi di kemudian hari,” tutupnya.
Nah, itulah penjelasan dokter kandungan terkait risiko melakukan tindakan kuret, Moms. Semoga bermanfaat, ya!
Untuk melihat kembali penjelasan terkait risiko melakukan tindakan kuret, cek halaman 2. (*)
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR