Nakita.id - Saat hamil, Moms mungkin ada mendengar sejumlah pantangan berkaitan dengan mitos vs fakta kehamilan.
Salah satunya mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama masa kehamilan.
Tapi, bagaimana jika makanan tersebut biasa Moms konsumsi sehari-hari ketika sebelum hamil?
Apakah benar kalian harus menghentikan konsumsi sejumlah makanan demi kesehatan janin di dalam kandungan?
Yuk simak mitos vs fakta kehamilan tentang sederet makanan dan minuman ini untuk ibu hamil!
Ada mitos kehamilan yang menyebutkan bahwa sebaiknya ibu hamil menghindari minum kopi.
Tidak hanya itu, masih banyak mitos vs fakta kehamilan soal makanan yang dilarang dimakan oleh ibu hamil.
Agar tidak salah kaprah, perhatikan mitos vs fakta kehamilan soal makanan yang dilarang dimakan oleh ibu hamil.
Ternyata ini penjelasannya seperti dilansir dari Healthline.
1. Ibu hamil dilarang makan telur mentah atau setengah matang
Klaim tersebut bukan hanya mitos belaka loh, Moms.
Telur mentah dapat terkontaminasi oleh bakteri Salmonella.
Gejala infeksi Salmonella termasuk demam, mual, muntah, kram perut, dan diare.
Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi dapat menyebabkan kram di rahim, yang menyebabkan kelahiran prematur atau lahir mati.
Moms boleh makan telur, tapi pastikan telur yang dikonsumsi sudah matang sempurna.
2. Ibu hamil tidak boleh makan jeroan
Daging organ merupakan sumber berbagai nutrisi.
Ini termasuk zat besi, vitamin B12, vitamin A, seng, selenium, dan tembaga - semuanya baik untuk Moms dan bayi.
Namun, makan terlalu banyak vitamin A hewani (vitamin A dalam bentuk sebelumnya) tidak dianjurkan selama kehamilan.
Mengkonsumsi terlalu banyak vitamin A yang telah dibentuk sebelumnya, terutama pada trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan kelainan bawaan dan keguguran.
Sehingga sebaiknya jaga konsumsi jeroan seperti hati hanya beberapa ons sekali seminggu.
3. Ibu hamil tidak boleh minum kopi
Bukannya tidak boleh, tapi sebaiknya ibu hamil mengurangi asupan kafein, termasuk kopi, teh dan cokelat.
Orang hamil umumnya disarankan untuk membatasi asupan kafein kurang dari 200 miligram (mg) per hari, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG).
Kafein diserap dengan sangat cepat dan mudah masuk ke dalam plasenta.
Karena bayi dan plasentanya tidak memiliki enzim utama yang diperlukan untuk memetabolisme kafein, kadar kafein yang tinggi dapat meningkat.
Asupan kafein yang tinggi selama kehamilan terbukti membatasi pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko berat badan lahir rendah saat melahirkan.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR