Melihat kondisi tersebut, Dr. Prima Yosephine, MKM-Plt selaku direktur pengelolaan imunisasi Kemenkes RI, menjadikan Bulan Imunisasi Anak Nasional sebagai solusinya.
"Dengan adanya Bulan Imunisasi Anak Nasional, diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan kekebalan populasi yang tinggi," ungkap Dr. Prima Yosephine.
Dalam pemaparan Dr. Prima Yosephine, ada empat tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan BIAN.
Yaitu, menghentikan transmisi virus campak dan rubela di semua tempat kabupaten/kota di wilayah di Indonesia pada 2023 dan mendapatkan sertifikasi eliminasi campak dan rubela pada 2026 dari SEARO.
"Selain itu, kami juga berharap untuk bisa mempertahankan Indonesia agar bebas dari polio dan mewujudkan eradikasi polio global pada tahun 2026," sambungnya.
Disebutkan Dr. Prima Yosephine, dengan adanya program BIAN ini, diharapkan agar dapat mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.
Dan yang tak kalah penting, yaitu bertujuan untuk mengendalikan penyakit difteri dan pertusis.
Dr. Prima Yosephine juga memaparkan hingga per 9 Mei 2022, data imunisasi menunjukkan jarak yang semakin besar antara target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan cakupan IDl pada bulan Januari-Desember 2021, sebesar 9,8 persen.
"Ini artinya jumlah cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional," jelasnya.
Melihat adanya jarak yang begitu besar, menandakan bahwa hingga saat ini jumlah cakupan belum mencapai target imunasi nasional.
"Ini menjadi hal yang perlu diwaspadai. Di awal tahun 2022 kasus campak dan rubella yang dikonfirmasi meningkat lebih 15 kali lipat dibandingkan keadaan pada periode yang sama di tahun 2021 lalu," kata Dr. Prima Yosephine lagi.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR