Nakita.id - Jangan sampai salah! Psikolog ini sudah menjawab beberapa mitos vs fakta kehamilan terkait preeklampsia pada ibu hamil.
Preeklampsia merupakan salah satu kondisi kehamilan yang kerap dialami ibu hamil, terlebih saat mencapai usia kehamilan di atas 20 minggu.
Tanda-tanda preeklampsia saat hamil yang paling mudah dikenali adalah tekanan darah tinggi, serta protein pada urine.
Tak hanya itu, kerusakan organ seperti hati dan ginjal juga menjadi tanda lain dari preeklampsia saat hamil.
Jika tidak segera ditangani, preeklampsia tentu dapat menimbulkan komplikasi serius pada Moms maupun janin dalam kandungan.
Maka dari itu, Moms perlu rutin melakukan kontrol ke dokter kandungan agar bisa terus dipantau kondisi kehamilan setiap bulannya, termasuk kondisi terkanan darah dan urine.
Tak sampai di situ! Moms juga mau tidak mau harus mendengar banyak sekali mitos vs fakta kehamilan, termasuk tentang preeklampsia pada ibu hamil.
Padahal, tak semua mitos vs fakta preeklampsia pada ibu hamil itu benar adanya, Moms.
Tanpa berlama-lama, yuk kita simak beberapa mitos yang mungkin pernah Moms dengar ataupun baca!
Distyana Dahlia, M.Psi., Psikolog, psikolog dewasa di sebuah biro psikologi di Jakarta Selatan, berhasil mengupas satu per satu dari beberapa mitos vs fakta terkait preeklampsia pada ibu hamil berikut ini.
Mitos vs fakta kehamilan: Moms tak perlu diberitahu tentang preeklampsia karena akan membuatnya stres
Menurut Distyana, anggapan tersebut tentu hanyalah mitos belaka.
“Sebetulnya, sama seperti kondisi kesehatan lainnya. kalau misalnya seseorang itu tahu atas kondisi fisiknya atau diagnosa kesehatannya, walau itu hal yang tidak menyenangkan, tetapi akan lebih baik untuk mengetahuinya daripada tidak sama sekali,” jelas Distyana saat diwawancarai eksklusif dengan Nakita pada Selasa (5/7/2022).
Distyana menyampaikan, jika seseorang mengetahui kondisinya belakangan, tentu hal ini akan membuatnya kecewa dan timbul masalah baru.
“Dan jika seseorang tahu paham tentang kondisi fisiknya, dia akan lebih tahu kenapa dia disuruh melakukan A-B-C-D, kenapa disuruh melakukan pengobatan ini itu. Jadi tahu arah tujuannya,” ucapnya.
Akan tetapi, lanjut Distyana, misalnya memang seseorang sudah ada beberapa kondisi yang rentan sebelum hamil, misalnya cukup sensitif atau mudah down, memang perlu pendampingan seperti dari psikolog, keluarga, dan lain-lain.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah, cara penyampaiannya. Dan mungkin diberikan rasa aman dan nyaman bahwa memang orang di sekitarnya men-support-nya atau mendukungnya,” katanya menambahkan.
Mitos vs fakta kehamilan: Preeklampsia pada ibu hamil seharusnya tak perlu dikhawatirkan
Distyana dengan tegas menyebut, anggapan tersebut jelas mitos.
“Sebaiknya dalam masa kehamilan, perlu kontrol rutin ke dokter kandungan dan tenaga kesehatan terkait kondisi tersebut,” sarannya dengan tegas.
Mitos vs fakta kehamilan: preeklampsia pada ibu hamil hanya bisa dicegah dengan bedrest
Hal ini jelas merupakan suatu fakta menurut Distyana.
“Salah satunya bedrest. Selebihnya, bisa melakukan konsultasi dengan dokter kandungan karena kondisi sangat bervariasi,” katanya.
Mitos vs fakta kehamilan: preeklampsia pada ibu hamil hanya bisa dicegah dengan penerapan pola makan sehat
Anggapan ini tentu fakta, Moms! Bahkan, menjadi salah satu cara yang wajib dilakukan untuk mencegah preeklampsia saat hamil.
“Bisa jadi pada kondisi tertentu hanya dibutuhkan terapi pola makan sehat. Oleh karena itu, dapat dikonsultasikan dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya,” pesan Distyana.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR