Nakita.id – Membaiknya situasi pandemi di seluruh dunia memantik kembali harapan para orang tua untuk memberangkatkan anaknya menempuh pendidikan di universitas terbaik, seperti Ivy League dan universitas kelas dunia lainnya seperti Stanford, MIT, dan UC Berkeley.
Sayangnya, bila dipikirkan perjuangan menembus universitas-universitas ini tidaklah mudah ya Moms.
Terlebih tahun ini, hampir seluruh universitas terbaik dunia mencatatkan angka rata-rata penerimaan yang semakin rendah seiring tingginya minat calon mahasiswa.
Untuk menembus ketatnya seleksi pendaftaran di universitas-universitas tersebut, tentunya para
orang tua membutuhkan informasi memadai untuk mempersiapkan putra-putrinya dengan
sebuah strategi khusus.
Dalam Press Conference Crimson Education (10/08/2022), Daniel Chung, Former Associate Director of Admissions di Stanford University yang hadir secara virtual menjelaskan bahwa memang banyak orang tua yang hanya berfokus pada nilai akademik untuk mengantar anak-anaknya masuk ke universitas pilihan.
“Mungkin praktik semacam ini umum berlaku disistem pendidikan berbagai negara. Namun, berbeda halnya jika ingin memasuki universitas sekelas Ivy League di Amerika Serikat (AS), cemerlang secara akademis saja tidaklah memadai. Siswa yang tidak mencantumkan aktivitas ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan dalam aplikasinya akan sulit dipertimbangkan masuk ke universitas AS mana pun - apalagi Ivy League,” papar Daniel Chung.
Dalam lingkungan kompetitif ini, prestasi akademis tidak selalu cukup untuk mendapatkan
pengakuan dan membuat siswa tersebut diterima di universitas unggulan.
Setiap tahunnya, universitas-universitas unggulan di AS menerima puluhan ribu aplikasi, tetapi hanya sebagian kecil mahasiswa yang diterima.
Saat menyeleksi puluhan ribu aplikasi — umumnya dari siswa-siswi berprestasi seluruh dunia — pihak universitas akan menilai calon mahasiswa secara holistik, sehingga kegiatannya di luar ruang kelas turut memberikan bobot yang besar.
Sebagai contoh, Stanford menolak 69% calon mahasiswa dengan skor SAT sempurna dalam
lima tahun terakhir.
Universitas-universitas unggulan di AS seperti Stanford ingin melihat mahasiswa yang dapat membawa pengaruh positif bagi budaya kampus dan menambah kekayaan sejarah alumninya, sehingga tolok ukur tidak lagi sekadar skor SAT sempurna, tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR