Inilah yang menjadi fokus pengembangan Crimson Education, konsultan pendidikan yang menyediakan bimbingan bagi siswa-siswi sekolah menengah yang berambisi untuk menembus ketatnya seleksi penerimaan di universitas-universitas kelas dunia.
Vanya Sunanto, Country Manager, Indonesia at Crimson Education menjelaskan lebih lanjut
mengenai fokus layanan Crimson Education dalam membimbing siswa sekolah menengah melampaui standar menjadi siswa cemerlang secara akademis untuk menembus seleksi masuk universitas unggulan.
“Bersama Crimson, siswa akan dibimbing menjalankan inisiatif yang sesuai minat dan ketertarikan mereka dengan menyoroti kreativitas, kemampuan analisis, kemampuan berpikir kritis, dan berbagai hal lainnya yang akan menjadi bekal mereka dalam perkuliahan nanti. Dengan cara ini, siswa berkesempatan untuk menonjolkan diri dan menunjukkan kepada pihak universitas bahwa mereka memiliki segala kualitas yang pihak universitas cari dalam diri mahasiswa tingkat sarjananya: kecerdasan; kepraktisan; keberanian; kedewasaan; fokus; determinasi; kemampuan untuk bertindak lanjut (follow-through); serta kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan. Statistik kami telah membuktikan bahwa nilai pendekatan ini berhasil lebih baik dibandingkan dengan siswa yang sekadar cemerlang secara akademis dalam penerimaan universitas kelas dunia,” papar Vanya Sunanto.
Pihak universitas tentunya memerlukan bukti komitmen dan konsistensi dari waktu ke waktu,
sehingga dedikasi seorang siswa selama satu jam seminggu untuk suatu tujuan selama
setahun akan lebih mengesankan daripada 40 jam selama seminggu yang kemudian usai.
Siswa yang mampu mempertahankan minatnya secara konsisten dalam satu kegiatan ekstrakurikuler selama beberapa tahun memang akan lebih dilirik, tetapi bukan berarti
kegiatan ekstrakurikuler harus selalu menjadi komitmen jangka panjang.
Setiap siswa berbeda – beberapa mungkin mengisi kalender mereka dengan 20 kegiatan berbeda setiap minggu, sementara yang lain mungkin memiliki dua atau tiga kegiatan utama yang selaras dengan minat mereka – triknya adalah menemukan minat yang menampilkan keragaman dan juga menunjukkan well-lopsidedness (kecondongan).
‘Well-lopsided’ bukanlah sekadar ‘cukup jago’ dalam beberapa bidang yang berbeda, tetapi
juga berprestasi dalam satu bidang tertentu.
Baca Juga: Siap-siap ANBK Sebentar Lagi! Ini 3 Tahapan yang Akan Dilalui Para Siswa Sekolah
Universitas-universitas unggulan di AS tidak menginginkan 5.000 siswa yang ‘sedang-sedang saja’ dan sebelumnya terlibat dalam kegiatan berorganisasi di sekolahnya, sepak bola, atau pengabdian masyarakat.
Mereka menginginkan 5.000 calon mahasiswa yang memiliki minat, bakat, dan kemampuan yang
berbeda-beda.
Dengan menjadi kuat dalam satu bidang dan menjadi salah satu yang terbaik dalam bidang tersebut, profil siswa akan terlihat menonjol di mata pihak universitas.
Sistem pendidikan di AS yang unik dan khusus umumnya akan sedikit menyulitkan siswa-siswi dari belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia, karena adanya perbedaan
kurikulum akademik dan ekosistem ekstrakurikuler.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR