Sebagai perbandingan, untuk menjadi mahasiswa di AS, seorang siswa setidaknya perlu memiliki tiga modal utama, yaitu hasil akademik (berbobot 40% yang terdiri dari nilai transkrip akademik, SAT/ACT, dan AP/IB/A-Levels/GPA), serta kegiatan ekstrakurikuler dan kepemimpinan juga hasil esai dan wawancara (yang sama-sama berbobot 30%). Inilah yang perlu disadari dengan cermat.
“Calon mahasiswa dari Indonesia mulai kini perlu memiliki setidaknya satu kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Kegiatan tersebut juga perlu menjadi fokus sejak dini, karena konsistensi adalah kunci untuk membangun profil ekstrakurikuler yang kuat yang juga secara simultan mencerminkan karakter kepemimpinan siswa, termasuk kepemimpinan terhadap diri sendiri. Dengan cara ini, sangat mungkin mimpi sang siswa belajar di universitas kelas dunia bisa tercapai,” tutur Vanya Sunanto.
Ada banyak cara bagi siswa untuk berkontribusi dan membuat perbedaan di luar ranah akademis, misalnya melalui kegiatan olahraga, filantropi, kewirausahaan, kegiatan kreatif, atau kompetisi teknologi.
Idealnya, kegiatan yang siswa jalankan menunjukkan komitmennya pada bidang studi yang diminati dan mampu membawa manfaat/kontribusi bagi lingkungan sekitarnya, sebabnya, selain mencari bukti dedikasi, universitas-universitas di AS juga mencari indikasi perhatian dan minat tulus dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih siswa.
Dengan demikian, strategi ekstrakurikuler yang tepat bagi calon mahasiswa dari Indonesia
yang berambisi untuk menembus universitas-universitas unggulan di AS adalah
mempersempit beberapa kegiatan atau proyek yang:
● Selaras dengan tujuan studi pribadi
● Bisa menunjukan antusiasme siswa pada kegiatan tersebut
● Menjelajahi kemampuan berpikir untuk membawa aktivitasnya pada tingkat lanjutan
● Menjadi bukti keinginan siswa untuk bisa membawa manfaat/kontribusi bagi
lingkungan sekitarnya.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR