Kalau anak merasa tak nyaman duduk di atas kloset, ada kemungkinan ia ingin balik pakai pospak.
Jadi, orang tua atau orang di rumah sebaiknya membiarkan adanya masa transisi untuk mengenalkan toilet kepada anak.
Jangan lupa untuk memberinya contoh lebih dulu. Kalau anak ingin pipis, ajaklah ia ke toilet.
Kemudian, minta dia duduk di kloset dengan alat bantu duduknya, setelah kita memberi contoh. Dengan alat bantu, anak dapat duduk seimbang. Saat berjalan menuju toilet, anak pun berlatih menahan keinginan buang airnya.
Bisa juga, toilet training ini diawali dengan pengenalan kloset mainan yang desainnya dibuat menarik bagi anak.
Pertama, beri anak kesempatan untuk mengenali bentuknya, kemudian ceritakan kegunaannya. Tentu, dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
Lalu, jika anak ingin BAK atau BAB, biasakan ia untuk duduk di klosetnya itu.
Selanjutnya, ajak anak untuk melihat bagaimana kita membuang kotorannya ke dalam kloset. Secara visual, anak jadi mengerti guna kloset, yaitu sebagai tempat membuang tinja.
Perlihatkan juga bagaimana cara menyiram kotorannya. Lama-lama anak akan tertarik menggunakan kloset, karena baginya itu adalah pengalaman baru yang menyenangkan.
Agar tetap menyenangkan, jangan sekali-kali toilet training diberikan sambil marah-marah. Tak perlu menyalahkan anak bila ia belum dapat merasa nyaman duduk di atas kloset. Bisa-bisa anak jadi stres dan masa transisi berlangsung lebih lama.
Bukan tak mungkin jika kemudian anak menolak didudukkan di kloset. Kalau sudah seperti itu, tujuan mengajarkan kemandirian juga tak tercapai. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Jangan Sembarangan Beli Obat, Begini Cara Mengobati Iritasi Akibat Popok Bayi yang Baik dan Benar
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR