"Saat recovery tumor, sempat berbicara sama keluarga soal gimana caranya lived together dengan penyakitnya," papar Sandila.
Meskipun proses penyembuhan yang ia jalani sudah mencapai 90 persen, diakui Sandila ada kalanya ia tak bisa membendung rasa sedihnya hingga membuat ia sering menangis sendiri.
Dikala kalut akan perasaan dan pikirannya soal tumor otak yang dimilikinya, tiba-tiba saja seseorang mengatakan hal yang membuat pikiran Sandila terbuka.
"Terus ada yang bilang, coba diajak ngomong tumornya. Nah, setelah itu, malamnya dinamainnya lah menjadi Mr. T," ceritanya.
Sandila juga menceritakan kisah unik saat dirinya mulai 'menyapa' Mr. T yang bersarang di otaknya ini.
Diakuinya, saat itu, ia tidak menganggap Mr. T sebagai teman.
"Waktu itu nganggapnya Mr. T ini adalah parasite," katanya lagi.
Berbeda dengan buku pada umumnya, dalam Love Letters for Mr. T ini, Sandila menuliskan kisahnya dalam format seperti email.
Hal itu tentunya dilakukannya bukan tanpa alasan.
Dikatakan Sandila, format itu dipilih agar bisa memudahkan dirinya untuk menulis.
"Kenapa formatnya e-mail, karena lebih gampang ditulis di smartphone atau laptop," tuturnya.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR