"Alalsan kedua karena saat itu belum tahu ingin bertindak seperti apa ke Mr. T," lanjut Sandila lagi.
Sandila juga sempat menceritakan bagaimana perasaan saat pertama kali ia didagnosis memiliki tumor pada otaknya.
Ia mengatakan tak ada emosi yang bisa mendefinisikan perasaanya saat itu.
"Pada saat didiagnosis dan menjalani operasi, enggak ada perasaan yang terproses saat itu. Enggak marah, sedih atau happy," ujar dia.
Emosi itu memang tidak sempat dirasakan Sandila, karena ia berada di dalam posisi harus menerima diagnosa dan kondisinya saat itu.
Sampai akhirnya, ia melakukan journal writing untuk kembali menata emosinya.
Didiagnosis menderita tumor otak, menjadi salah satu kedukaan yang tak pernah dibayangkan Sandila akan terjadi pada hidupnya.
Meski demikian, ia memiliki caranya sendiri untuk mendefenisikan kedukaannya tersebut.
"Kedukaan itu adalah bagian dari hidup. Cuma caraku melihatnya, terkadang perasaan duka hadir saat kehilangan seseorang," jelas Sandila.
"Tapi, yang bikin unik adalah gimana kedukaan ini dibikin untuk diri sendiri," sambungnya lagi.
Love Letter Mr. T ditulis Sandila Ekaputri dalam kurun waktu 6 bulan sampai akhirnya ia memutuskan untuk menerbitkannya pada September 2020.
Baca Juga: Ngeri! Selain Memicu Tumor Otak, Ini 6 Dampak Lain dari Kecanduan Gadget
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR