Nakita.id - Istilah yang sering disebut dalam membahas kehamilan adalah kehamilan di luar kandungan atau ektopik.
Sebenarnya apa itu artinya kehamilan di luar kandungan dan kenapa kehamilan ini berbahaya bagi para ibu sehingga harus dihentikan?
Kehamilan di luar kandungan bisa terjadi di saluran tuba, kornu (tanduk rahim), mulut rahim (serviks uteri) indung telur, atau justru di dalam perut.
Tentunya, dengan makin membesar janin, baik saluran tuba, indung telur, ataupun kornu, bisa pecah dan mengakibatkan perdarahan di dalam perut.
Ini sangat membayakan jika perdarahan sampai tak diketahui.
Kehamilan ektopik bisa terjadi bila si ibu punya masalah di saluran tuba, entah berupa penyumbatan atau penyempitan.
Saluran tuba merupakan jalan masuk sel telur dan sperma hasil konsepsi.
Dengan demikian, jika terjadi kelainan di saluran tuba, hasil konsepsi tak bisa masuk ke dalamnya, hingga terjadilah kehamilan di luar rahim.
Atau, hasil konsepsi dapat masuk ke saluran tuba tapi tak bisa sampai ke dalam rahim, hingga bercokol di sana dan tumbuh membesar.
Bisa juga masuk ke dalam indung telur atau sama sekali tak bisa masuk ke saluran tuba hingga tumbuh di dinding perut.
Terjadinya penyempitan/penyumbatan saluran tuba, bisa dikarenakan sejak kecil memang sudah ada kelainan, bisa pula lantaran infeksi seperti infeksi akibat penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul.
Tanda-tanda saluran tuba yang terkena infeksi ialah keputihan, tapi keputihannya tak seperti keputihan fisiologis biasa, melainkan disertai rasa sakit atau nyeri di perut, demam, dan dalam jumlah banyak. Bahkan, saking tak tertahankan akan sakitnya, si ibu bisa pingsan.
Baca Juga: Waktu yang Tepat Periksa ke Bidan Setelah Hasil Testpack Positif, Jangan Ditunda Moms!
Kehamilan ektopik ada 2 jenis, yaitu kehamilan ektopik belum terganggu, biasa disebut kehamilan ektopik saja (KE) dan kehamilan ektopik terganggu (KET).
Pada KE, kehamilannya belum sampai pecah dan biasanya si ibu tak merasakan apa-apa.
Sementara pada KET, kehamilannya sampai mengakibatkan saluran tuba pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam perut.
Perdarahannya pun hebat, bisa sampai 2 liter.
Kalau sudah begini, si ibu akan mengalami anemia, pucat, lemas, bahkan pingsan.
Bila perdarahannya dalam tingkat parah dan tak segera ditolong, si ibu bisa meninggal.
Pun jika kehamilan terjadi di dinding perut yang tempatnya relatif lebih lebar.
Itulah mengapa, bila diketahui terjadi kehamilan ektopik, meski belum pecah, dokter pasti menyarankan untuk segera dikeluarkan.
Toh, janin juga tak mungkin bisa membesar hingga usia 9 bulan. Baru beberapa minggu saja, "tempat bersarangnya" sudah tak tahan dan pasti akan pecah.
Pilihan pengobatan KE antara lain memberi suntikan methotrexate, glukosa konsentrasi tinggi, laparoskopi operatif, atau laparotomi (buka perut atau operasi konvensional).
Sedangkan bila sudah terjadi KET harus dilakukan operasi, laparoskopi atau konvensional, dan kadangkala perlu transfusi darah. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Obat-obatan yang Sebaiknya Dihindari Selama Kehamilan, Salah Satunya Obat Jerawat
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR