Jika ukuran lingkar kepala lebih kecil daripada ukuran normalnya, disebut kelainan mikrosefali. Sebaliknya, bila lebih besar dikatakan kelainan makrosefali.
Perbedaannya sebesar 2 standar deviasi dari ukuran normal.
Biasanya, kelainan mikrosefali dan makrosefali dibawa sejak lahir.
Namun, ada juga kasus-kasus mikrosefali atau makrosefali yang familial atau normal, yaitu bila orang tua si anak juga memiliki lingkar kepala demikian, misal, orang tuanya juga makrosefali.
Selain faktor familial, juga harus diperhatikan apakah ada-tidak kelainan saraf. Kalau tak ada kelainan saraf, maka hal ini normal-normal saja.
Namun demikian, kasus makrosefali yang familial hanya sebagian kecil saja. Sebagian besarnya adalah makrosefali nonfamilial yang ada sebabnya. Misal, hidrosefalus, yaitu kepala besar karena cairan di otaknya berlebihan, atau ada tumor.
Itu sebab, anak dengan kelainan makrosefali harus pula dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan. Sekalipun fisiknya bagus dan orang tuanya juga berkepala besar. Sebab, kita tak bisa melihat fungsinya yang di dalam.
Apalagi jika si bayi baru berusia 1 bulan, misal, fungsinya masih belum begitu tampak. Biasanya dengan pemeriksaan USG atau CT-scan akan bisa diketahui, seperti, apakah memang ada kelebihan cairan di dalam otak.
Sementara, pada kelainan mikrosefali, harus dilihat seberapa besar perbedaan ukuran lingkar kepalanya dibanding ukuran kepala yang normal.
Karena ini bisa mempengaruhi kemampuan otak bayi. Bila perkembangan otak tak sempurna, dengan sendirinya kemampuan masing-masing bagian otak juga tak sempurna.
Ini akan berpengaruh pada kemampuan intelegensi, motorik, emosi, sosial, dan sebagainya. (Sumber: Tabloid Nakita)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR