Nakita.id - Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, kini sedang menjadi pusat perhatian.
Bukan hanya di Indonesia, tragedi ini bahkan sampai disoroti oleh media asing.
Kericuhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur ini terjadi karena para suporter tak terima Arema FC dikalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
Melansir dari Tribunnews, disebutkan hingga kini setidaknya ada lebih dari 150 korban yang meninggal dunia.
Diantara jumlah tersebut, setidaknya ada 17 anak-anak yang menjadi korban dari kerushan di Stadion Kanjuruhan.
Dalam data yang disebutkan KemenPPPA, disebutkan 7 anak-anak yang berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun mengalami luka-luka.
Data ini disebutkan juga masih akan tetap bertambah.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Nahar, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Disebutkan Nahar, KemenPPPA hingga kini masih berupaya untuk menjangkau anak-anak yang menjadi korban dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Menurutnya, hingga kini setidaknya ada 17 anak yang dinyatakan meninggal dunia.
Dikatakan Nahar, pihaknya kini masih terus memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang membutuhkan perawatan fisik dan psikis secara lanjut.
Melansir dari Tribunnews, berikut kronologi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Kerusuhan bermula usai pertandingan antara Arema vs Persebaya Surabaya berkahir, yang ditandai oleh pluit panjang dari wasit.
Tanpa disangka, setelah pertandingan usai para suporter banyak yang menuju ke arah dalam lapangan.
Melihat banyaknya suporter yang merangsek masuk ke lapangan, para pemain langsung berlari ke ruang ganti untuk melindungi diri.
Kondisi tersebut bahkan tak sempat membuat Arema dan Persebaya Surabaya tak sempat membagikan salam penghormatan terakhir usai pertandingan.
Sayangnya, para suporter malah mengejar para pemain hingga ke ruang ganti.
Kerusuhan tersebut bahkan sampai mengakibatkan kerusakan pada beberapa fasilitas di Stadion Kanjuruhan.
Diantaranya seperti papan iklan, bangku pemain, hingga jaring gawang.
Ini menjadi sasaran empuk para suporter yang hendak melampiaskan kemarahannya atas kekalahan Arema FC.
Petugas keamanan yang melihat kericuhan tersebut tak tinggal diam.
Mereka disebut sempat menembakkan gas air mata kepada para supporter yang masuk ke area lapangan.
Baca Juga: Terungkap Kondisi Terkini Lesti Kejora Usai Alami KDRT, Dokter Ungkap Fakta Adanya Cedera di Kepala
Banyaknya suporter yang berdesakan di area lapangan dan penembakan gas air mata, menyebabkan banyak orang mengalami sesak napas akibat kekurangan oksigen.
Namun, asap gas air mata yang di lontarkan pihak keamanan mengarah ke tribun hingga mengepul di sisi selatan.
Setidaknya hingga kini sudah tercatat lebih dari 150 korban jiwa atas kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu malam kemarin.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang dilansir dari Tribunnews.
"Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi setelah selesainya laga pertandingan sepakbola Arema vs Persebaya pada tanggal 1 Oktober 2022.
Kami mendapat laporan perkembangan bahwa sampai dengan Pukul 07.30 WIB, telah ada 153 korban jiwa dari kejadian ini," tulis pernyataan YLBHI.
Dipastikan korban dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan ini masih akan terus bertambah.
Melansir dari Tribunnews, disebutkan ada 180 orang yang tengah menjalani perawatan.
Sebanyak 125 Aremania (sebutan supporter Arema FC) dinyatakan meninggal dunia.
Dalam kerusuhan yang di terjadi di Malang, Jawa Timur tersebut, disebutkan dua anggota polisi juga ikut tewas di insiden Sabtu malam lalu.
Seluruh korban yang meninggal dunia, dibawa ke RSSA, dan nantinya akan diserahkan ke keluarga untuk dikuburkan.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR