Nakita.id – Dalam mengasuh dan merawat anak, kedua orangtua wajib untuk #BerperanSama.
Tidak hanya Moms saja, Dads juga memiliki porsi yang sama dalam berperan sama menanamkan nilai-nilai baik untuk anak-anak.
Salah satu cara berperan yang bisa dilakukan ayah adalah bagaimana cara membuat hubungan Si Kecil akur dengan saudaranya yang lain.
Semua orangtua tentu menginginkan anak-anak mereka akur. Namun, ada kalanya hubungan kakak beradik tersebut diwarnai dengan pertengkaran.
Ketika anak-anak masih kecil, permasalahan biasa timbul karena rebutan mainan, atau merasa iri dengan apa yang dimiliki saudara yang lain.
Meski begitu, bukan hal yang tidak mungkin Dads sebagai ayah bisa kembali mengakrabkan mereka.
Untuk membuat hubungan anak sebagai kakak beradik rukun terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan.
Dilansir dari Positive Parenting Solutions, berikut ini adalah tips supaya hubungan anak rukun dengan saudara kandungnya.
1. Hindari Membandingkan atau Memberi Label pada Anak
Salah satu kesalahan termudah yang dilakukan orangtua adalah memberi label dan membandingkan anak-anak.
Mungkin hal ini kerap kali terucap secara tidak sadar seperti mengatakan bahwa ‘dia anak yang pemalu’, atau ‘dia anak yang rajin belajar di keluarga'.
Baca Juga: Kenali Fase Anak Tantrum yang Terbagi dalam 5 Sikap Berikut Ini
Kedengarannya hal itu biasa, tetapi justru dapat memicu persaingan saudara kandung. Hal ini juga dapat secara tidak sengaja menimbulkan perasaan persaingan diantara mereka.
Dengan menghindari kebiasaan ini, Dads sudah melakukan langkah pertama yang bagus untuk menghilangkan pertengkaran di rumah.
2. Habiskan Waktu Setiap Hari dengan Setiap Anak
Cara paling penting untuk meminimalkan persaingan saudara kandung adalah dengan memberikan waktu yang adil satu sama lain setiap hari.
Misalnya meski hanya 10-15 menit setiap hari ketika Dads memiliki waktu berdua dengan anak.
Waktu yang singkat ini akan sangat membantu mengurangi persaingan saudara untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.
3. Jadilah Mediator Bukan Wasit
Pada titik ini sebagai orangtua, Dads mungkin merasa seolah-olah harus selalu bertindak seperti wasit.
Di mana harus menentukan siapa yang menang dan kalah. Tapi itu bukanlah peran yang Dads lakukan.
Faktanya, ketika orangtua menjadi wasit pertengkaran saudara kandung dan memilih pihak, persaingan secara alami meningkat.
Tugas Dads adalah sebagai penengah, bukan hakim atau juri. Bantu mereka menyelesaikan permasalahan dengan cara yang mereka sukai.
Dengan begitu, tidak ada pemenang atau yang kalah, dan mereka akan mempelajari keterampilan berharga yang akan mereka gunakan dalam konflik di masa depan.
4. Jangan Memaksa Anak untuk Berbagi
Belajar berbagi itu penting namun Dads juga perlu menerapkan batasan.
Ketika anak-anak dipaksa untuk menyerahkan sesuatu kepada saudaranya itu mengirimi mereka pesan yang sangat jelas bahwa berbagi terasa tidak enak dan mereka mungkin tidak ingin melakukannya lagi.
Alih-alih memaksa anak untuk memberi giliran bermainan mainan miliknya pada saudaranya yang lain, Dads dapat mengatakan “Itu mainan baru kakak/adik, dan dia akan membiarkan kamu mendapat giliran saat dia siap.”
Hal ini menciptakan rasa aman bagi anak dan membantunya bersedia berbagi sendiri.
5. Menoleransi Amukan
Ketika orangtua menyerah pada amukan anak dan segera meminta saudara yang lain untuk memberi giliran, itu memicu persaingan saudara kandung.
Sekaligus memperkuat bahwa amukan adalah cara terbaik untuk mendapat apa yang mereka inginkan.
Di tengah tantrum, Dads bisa berempati dengan anak dengan mengatakan, “Sulit untuk menunggu, ya? Apakah kamu ingin bermain dengan sesuatu yang lain sekarang?”
Meskipun membiarkan amukan anak terasa sangat berat, tapi seiring berjalannya waktu hal ini akan menciptakan hubungan yang harmonis sesama saudara kandung.
Baca Juga: Jangan Tunggu Besar, Begini Kiat-kiat Berperan Sama Mengajarkan Anak Kesabaran Sedari Kecil
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR