Nakita.id - Diare bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada ibu hamil.
Meskipun diare bukanlah penyakit khas ibu hamil tapi ibu hamil perlu mewaspadai dampak dan akibat bila diare tidak ditangani dengan baik.
Diare pada kehamilan biasanya disebabkan faktor makanan.
Waspadai jika frekuensinya terlalu sering.
Jika kurang hati-hati atau lantaran kelewat ingin menuruti dorongan makan yang kacau/tak sehat, ibu hamil bisa mengalami diare.
Contohnya, ingin makan asinan yang dijual di pinggir jalan, padahal, keinginan semacam ini harusnya bisa dikendalikan daripada mengundang risiko.
Diare karena makanan akan berhenti sendiri tanpa perlu diobati secara khusus.
Frekuensinya tak terlalu sering dan jumlahnya pun tak terlalu banyak.
Yang perlu diwaspadai, jika frekuensinya lebih dari 4 kali sehari dan jumlahnya relatif banyak.
Terlebih jika disertai demam, keluar lendir atau malah bercampur darah akibat serangan disentri amuba dan basiler.
Pun bila dibarengi muntah karena berarti semakin banyak cairan dan elektrolit yang terbuang.
Begitu pula jika ada gejala dehidrasi.
Di antaranya rasa haus yang luar biasa dan terus-menerus, suara jadi parau, badan lemas, plus kejang otot/kram.
Elastisitas kulit pun jauh berkurang, hingga bila dicubit tak segera kembali.
Kaki dan tangan dingin, sementara jari-jemari terlihat keriput seperti habis berendam berjam-jam.
Tak jarang disertai gangguan kesadaran. Ini berarti sudah dehidrasi berat, hingga upaya yang diberikan nyaris tak berarti.
Harusnya, sebelum terjadi sejauh itu, segera ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dokter.
Gangguan elektrolit akibat diare pada kehamilan trimester berapa pun, akan berdampak pada janin.
Kalau sampai tekanan darah turun, misalnya, maka aliran darah ke janin juga terganggu.
Sementara dampak diare akibat tipus malah lebih membahayakan janin karena ada racun endotoksin yang dikeluarkan, meski boleh jadi gangguan diarenya terkesan ringan.
Tentu saja kondisi ibu maupun janinnya juga ikut menentukan.
Artinya, makin berat keluhan diare dan gejala dehidrasinya, kian buruk pula dampaknya pada janin.
Sebaliknya, kian kecil usia janin, kian besar bahaya yang mengancamnya dibanding jika sudah memasuki usia matang. Meski pada kehamilan usia berapa pun, diare bisa menjadi pemicu keguguran atau lahir prematur.
Pemberian obat-obatan pada ibu hamil harus dilakukan sepengetahuan dokter. Jangan pernah mengobati diri sendiri dengan minum obat diare yang banyak dijual bebas.
Upaya pencegahan dilakukan dengan pola hidup sehat.
Santaplah makanan yang bersih dan terolah baik. Hindari makanan mentah yang kemungkinan besar engandung telur cacing atau kuman lain yang membahayakan.
Jika ibu hamil senang lalapan, cuci sayur dengan air bersih yang mengalir lalu rendam dalam air garam untuk mematikan telur cacing.
Guna menghindari dehidrasi segera berikan cairan guna menjaga keseimbangan elektrolit tubuh, baik dengan minum maupun lewat selang infus. Selama masih bisa makan, usahakan tetap makan makanan lunak, tak berlemak, dan tak merangsang.
Bubur adalah makanan yang bagus karena mengandung elektrolit.
Pilihan lain, sup ayam atau pisang matang karena mengandung banyak kalium untuk mengganti elektrolit yang terbuang.
Buah lain pun boleh, asalkan jangan asam, terlalu merangsang, atau menimbulkan timbunan gas yang malah akan memperparah, seperti nangka dan durian.
Berikan oralit yang mudah didapat atau larutan gula garam kira-kira sebanyak cairan yang terbuang.
Caranya, larutkan sebungkus oralit dalam segelas air masak. Jangan gunakan air panas agar elektrolitnya tak rusak. (Sumber: Tabloid Nakita)
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR