Nakita.id - Masyarakat Tanah Air kini sedang menyoroti banyaknya anak-anak yang mengidap gangguan ginjal akut misterius.
Kasus anak yang alami gangguan ginjal akut misterius terjadi sejak Januari hingga sekarang.
Per 18 Oktober 2022, jumlah anak yang alami gangguan ginjal akut misterius adalah 192 orang.
Gangguan ginjal akut tersebut disebut misterus karena hingga kini belum ditemukan penyebab pastinya.
Anak-anak yang mengidap gangguan ginjal akut misterius dikabarkan alami gejala berupa demam serta penurunan jumlah air kencing secara tiba-tiba.
Kini, pihak Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi obat sirup sementara waktu.
Ini lantaran diduga adanya kandungan Etilen Glikol dan Dietilen Glikol pada beberapa obat sirup jadi penyebab merebaknya kasus gangguan ginjal akut pada anak.
Hingga kini, otoritas kesehatan sedang menyelidiki penyebab pasti gangguan ginjal akut pada anak.
Melansir Kompas, ada kasus balita meninggal dunia karena gangguan ginjal akut misterius di Kapanewon Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Bayi berusia 7 bulan yang berinisial Et tersebut meninggal dunia pada 25 September 2022 lalu.
Ayah ET yang bernama Yusuf Maulana mengungkapkan kronologi anaknya sakit gangguan ginjal akut misterius.
ET merupakan bayi yang dilahirkan dari persalinan normal pada 23 Februari 2022 lalu.
Bayi ET termasuk sehat dan tidak pernah ada riwayat sakit.
Yusuf mengungkapkan bila anaknya sudah mendapatkan vaksin sesuai arahan.
Bahkan, pada tabel Kartu Menuju Sehat (KMS) menunjukkan bahwa perkembangannya baik.
"Anak saya dipanggil (meninggal dunia) pada 25 September. Termasuk kasus yang sangat cepat," ungkap Yusuf Maulana.
Yusuf mengungkapkan bahwa sebelumnya ET hanya mengonsumsi ASI dan MPASI (Makanan Pendamping ASI) di bulan September.
MPASI yang digunakan merupakan buatan sendiri dan merek umum.
Pada 16 September 2022 lalu, kondisi ET masih baik.
Namun, pada 17 September 2022 ET alami demam dan tatapan mata kosong.
Yusuf Maulana mengungkapkan bahwa saat itu Et alami air kencing sudah alami penurunan jumlah.
Mulanya, Yusuf dan sang istri berpikir itu akibat produksi ASI yang tidak terlalu banyak.
Baca Juga: Waspada Penyakit Gagal Ginjal Bisa Menyerang Semua Umur, Begini Langkah Pencegahannya
Yusuf mengira anaknya demam biasa.
"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi kami anggap ini demam biasa tertular sama kakak-kakaknya," tutur Yusuf.
Pada 18 September, ET mengalami kejang namun masih mau makan MPASI. Begitu pula pada tanggal 19 September, ET masih lahap makan. Namun, pada 19 September malam Yusuf membawa anaknya ke RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman karena akanya alami mencret setelah diberi susu formula untuk pertama kali.
Dokter yang memeriksa ET mengungkapkan bahwa fungsi paru-paru ET menurun. Kondisi ET juga terus menurun.
Kemudian pada 20 September ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito.
Ternyata, beberapa organ ET sudah alami penurunan fungsi.
"Anak saya paru-paru dulu, tapi sisanya kena semua. Liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan kooperatif menangani anak saya. Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dan dokter anak," beber Yusuf.
Setelah dilakukan serangkaian perawatan, ET meninggal dunia pada 25 September 2022. ET didiagnosis alami gagal ginjal akut. Yusuf membeberkan bahwa sebelumnya sang anak sebelum sakit belum diberi obat-obatan.
"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata Yusuf.
Dia menuturkan, penurunan kesehatan anak yang diduga menderita AKI cukup cepat.
"Secara umum seperti itu sangat cepat banget ininya menyerangnya. Itu saya kira jam demi jam itu sangat berharga karena penurunannya drastis banget," pungkasnya.
Baca Juga: 5 Obat Sirup untuk Demam dan Flu Batuk yang Mengandung Etilen Glikol, Kini Ditarik BPOM
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR