Mi terbuat dari tepung terigu yang boleh dibilang tak mengandung serat sama sekali.
Agar mi bisa mengembang, dalam pembuatannya pun ditambahkan bahan seperti karbonat.
Sedangkan nasi, kendati berasnya sudah mengalami proses penggilingan, kandungan seratnya masih banyak dan tak mengalami penambahan zat kimia.
Serat menjadi penting karena makanan yang sedikit mengandung serat dalam metabolisme tubuh cenderung diubah menjadi energi yang akan diubah lagi menjadi lemak.
Efeknya, anak bisa mengalami kelebihan berat badan hingga obesitas, yaitu suatu gangguan yang terjadi karena penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Nah, bila sudah terjadi obesitas, bahayanya bisa macam-macam, dari diabetes sampai jantung.
Artinya, tentu saja nasi jauh lebih baik dibandingkan mi.
Selain itu, bumbu mi instan juga perlu diwaspadai karena banyak mengandung unsur yang dapat merangsang dan membuat iritasi saluran pencernaan anak.
Ada garam dan merica yang dicampur MSG serta aroma buatan, chili powder (bubuk cabai), dan vegetable oil (minyak sayur) atau cooking oil (minyak untuk memasak).
Terlebih zat penajam rasanya, inilah yang merusak selera makan, yang membuat anak “kecanduan” pada jenis makanan ini hingga ia enggan beralih pada makanan lain.
Itulah mengapa, pemberian mi sebaiknya dilakukan hanya sebagai salah satu variasi saja, bukan untuk mengatasi kesulitan makan pada Si Kecil.
Baca Juga: Apakah Boleh Ibu Hamil Makan Mi Instan? Masih Terbilang Aman Asal Dimasak Dengan Cara Berikut Ini
Shopee Bersama Tasya Kamila dan Bittersweet by Najla Ceritakan Dampak Positif Inovasi dalam Berdayakan Ekosistem
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR