Dengan menggunakan pemetaan genom, para peneliti menemukan bahwa 23 remaja yang melaporkan orangtua yang lebih ketat mengalami peningkatan variasi dalam metilasi.
Metilasi adalah kunci untuk menghidupkan dan mematikan gen tertentu.
Ini menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dapat menjadi penyebab peningkatan risiko depresi serta penyakit mental lainnya.
“Kami menemukan bahwa pola asuh yang keras, dengan hukuman fisik dan manipulasi psikologis, dapat memperkenalkan serangkaian instruksi tambahan tentang bagaimana gen dibaca untuk menjadi terprogram ke dalam DNA.
Kami memiliki beberapa indikasi bahwa perubahan ini sendiri dapat mempengaruhi anak yang sedang tumbuh untuk mengalami depresi. Ini tidak terjadi pada tingkat yang sama jika anak-anak memiliki pendidikan yang mendukung, ”jelas Dr. Evelien Van Assche dalam siaran pers.
“Kami mendasarkan pendekatan kami pada penelitian sebelumnya dengan kembar identik.
Dua kelompok independen menemukan bahwa kembaran yang didiagnosis dengan depresi berat juga memiliki rentang metilasi DNA yang lebih tinggi untuk sebagian besar dari ratusan ribu titik data ini, dibandingkan dengan kembaran yang sehat,” imbuhnya.
“DNA tetap sama, tetapi kelompok kimia tambahan ini memengaruhi cara instruksi dari DNA dibaca.
Mereka yang melaporkan pengasuhan yang lebih keras menunjukkan kecenderungan depresi, dan kami percaya bahwa kecenderungan ini telah dimasukkan ke dalam DNA mereka melalui peningkatan variasi dalam metilasi, ”tambah Dr. Van Assche.
Nah, itu dia Moms dampak buruk pola asuh otoriter pada anak.
Pertimbangkan lagi ya, Moms.
Baca Juga: 4 Gaya Pola Asuh Anak, 3 di Antaranya Sebaiknya Tak Dilakukan di Rumah
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR