Nakita.id - Sebagai orangtua kita sering kali merasa terkesan dengan pencapaian yang anak lakukan.
Bahkan terkadang anak diam saja pun rasanya ingin kita banjiri dengan pujian.
Seperti misalnya "anak mama cantik sekali", "pintarnya jagoan bunda anteng saat main", ''hebat ya sayang makanannya habis".
Dalam beberapa kesempatan pujian akan terasa tepat, namun jika pujian diberikan terus-menerus maka bisa jadi hal yang berlebihan dan malah berdampak negatif lho.
Berikut ini adalah 4 cara bijak memuji anak yang bisa Moms terapkan agar pujian tak jadi berlebihan.
Anak berhak mendapat pujian setelah melakukan suatu perbuatan baik, seperti yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan bertambah baik, atau perbuatan yang memang diharapkan orang tua agar menjadi baik.
Contoh perbuatan yang diharapkan baik, misalnya ketika ia sudah bisa pipis di toilet. Saat itulah ia berhak mendapat pujian.
Sedangkan yang diharapkan bertambah baik, misalnya jika seorang anak sudah bersikap manis pada tamu yang datang, tapi kali ini dia mau memberi salam terlebih dahulu.
Akan halnya perbuatan baik yang sudah menjadi kebiasaan, tak perlu dipuji lagi. Umpama, saat pertama anak bisa menyanyikan lagu Bintang Kecil, dia berhak mendapatkan tepuk tangan dan pujian.
Namun setelah beberapa kali menyanyikan lagu yang sama, secara perlahan pujian harus dikurangi sambil menambah kompleksitas kegiatan yang telah berhasil dilakukan.
Kalau hal yang sama tanpa kemajuan masih terus dipuji, anak akan kekurangan motivasi untuk menambah kebiasaannya.
Baca Juga: Biasa Banjir Pujian, Sandra Dewi Mendadak Dapat Sentilan Tak Enak Usai Bahas Bentuk Tubuhnya
Contoh, ketika lagu Bintang Kecil sudah dikuasainya, doronglah ia menyanyikan lagu baru, "Ayo, coba lagu Pelangi-Pelangi. Nanti kalau sudah bisa, dapat tepuk tangan lagi."
Dengan dikondisikan seperti itu, anak akan berusaha untuk selalu menambah "keahliannya".
Namun pujian tidak harus terpaku pada pencapaian target. Proses usaha pun berhak mendapatkan pujian.
Misalnya anak sudah berusaha makan sendiri. Walaupun masih berantakan, yang penting dia sudah berusaha.
Katakan, "Tidak apa-apa kalau Adek hari ini masih berantakan makannya. Besok besok dicoba lagi ya, makan yang lebih bersih."
Dengan begitu anak bisa merasakan bahwa usahanya selama ini dihargai, sekaligus ada pemacu untuk mencobanya lagi.
Ada beberapa contoh kata-kata pujian yang tidak perlu. Misal, orang tua yang selalu mengatakan, "Anakku yang paling cantik/cakep sedunia."
Ini tidak perlu diucapkan, karena faktanya belum tentu anak itu adalah anak yang paling cantik sedunia.
Pernyataan itu bisa membuat anak bingung karena tidak semua orang mengatakan hal sama.
Jangan sampai timbul pertanyaan, "Kata Mama aku paling cantik sedunia, tapi kata teman-teman, kok, tidak?" Jadi, berikan pujian yang realistis.
Agar pujian efektif untuk anak, perhatikan rambu-rambunya berikut ini:
Baca Juga: Alika Islamadina Melahirkan Bayi Perempuan, Nama Anaknya Unik dan Banjir Pujian
Pilihlah kata-kata yang spesifik, sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Misal, "Mama senang deh, Adek makannya habis. Bagus."
Anak akan mengerti kalau ia menghabiskan makanannya, maka orang tua senang dan memujinya.
Bandingkan dengan kalimat, "Bagus, bagus," yang tidak spesifik dan mungkin maksudnya tidak dimengerti.
Agar terasa berarti, pujian juga perlu dibarengi bentuk perhatian lain, seperti sentuhan, atau setidaknya kontak mata dengan anak.
Alhasil, ia akan merasa pujian itu betul-betul diarahkan kepadanya.
Jangan memuji tapi cuek. Misal, di saat orang tua sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak bisa ditinggal, jangan hanya mengatakan, "Bagus. Pintar," secara sambil lalu.
Apalagi kalau maksudnya supaya anak tidak mengganggu lagi. Sebaiknya katakan, "Tunggu sebentar, ya, Sayang. Kalau nanti selesai, baru Mama lihat gambar Adek."
Begitu ada kesempatan, alihkan perhatian kepadanya. Kalau memang yang dibuatnya perlu mendapat pujian, lakukan dengan perhatian penuh.
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR