Ketika mainan anak rusak, mereka pasti akan memunculkan sisi emosional mereka di depan Dads.
Ketika anak sedang memunculkan ekspresi emosi di depan Dads, seharusnya Dads tak ikut memarahinya
Jadilah orangtua yang bisa mendinginkan perasaan anak yang sedang kacau.
Atau saat anak sedang memunculkan emosi senang, atau bahagia, jangan sekali-kali Dads malah menanggapi dengan sinis.
Cobalah ikuti perasaan hati anak itu akan lebih baik dari apapun.
Ini masih sering terjadi apalagi ketika Dads sudah berjanji sesuatu tapi belum bisa memenuhi janji tersebut.
Dads mending terus terang saja kenapa belum bisa memnuhi janji daripada harus mencari alasan lain yang malah menyakiti hati anak.
Dengan dalih motivasi, anak akan terjerumus dalam depresi yang amat sangat ketika Dads hanya mengucap kata cinta saat anak sedang mencapai prestasi yang bagus.
Yakinlah, mencintai tanpa syarat akan jauh lebih menyenangkan hati anak.
Ketika anak sedang belajar matematika tapi tak bisa memecahkan sebuah soal, jangan terus Dads menghakimi anak dengan kata-kata anak bodoh.
Ungkapan Dads seperti itu malah membuat anak kehilangan kepercayaan diri, yang akan berujung pada depresi dan kecemasan saat mereka dewasa.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR