Nakita.id - Orangtua itu sepasang, makanya seorang ayah juga harus #BerperanSama dalam tumbuh kembang anak.
Memang kadang seorang Dads sedikit kaku untuk menjalankan perannya berperan sama memantau tumbuh kembang anak.
Karena yang terpenting buat seorang ayah semua kebutuhan materi anak dan keluarga tercukupi.
Padahal tidak selalu hal tersebut yang ditunggu anak, kasih sayang seperti bermain langsung atau berbicara langsung juga tak kalah penting.
Tapi karena sifat kaku Dads inilah, kadang anak-anak merasa sakit hati dengan ucapan seorang ayah.
Sedangkan seorang ayah terkadang tidak tahu soal kata-kata yang menyakitkan hati anak.
Padahal maksud Dads adalah ingin memberitahu saja soal hal-hal yang baik dan bisa berguna untuk masa depan.
Beberapa petuah atau nasihat biasanya diucapkan seorang ayah, tapi salah dalam mengambil kalimat.
Akhirnya anak-anak jadi terluka hatinya, kecewa dengan seorang ayah.
Sampai akhirnya banyak kasus anak tidak bicara dengan seorang ayah selama bertahun-tahun.
Apa yang harus dilakukan?
Baca Juga: Dads Bisa Berperan Sama untuk Terapkan 5 Kebiasaan Sederhana Ini agar Si Kecil Dapat Tumbuh Cerdas
Mulai hari ini hindari kata-kata terlarang ini, Dads.
Bukan apa, hubungan antara ayah dan anak harus tetap terjaga sampai kapanpun, karena peran Dads juga sangat penting.
Jadi wajib kalau Dads juga menjaga perasaan anak dengan mengucapkan kalimat yang baik-baik.
Apalagi saat menasihati anak, harus menggunakan kata-kata yang mudah diterima anak.
Berikut ini kumpulan kata larangan untuk ayah diucapkan pada anak.
Kata-kata kasar yang tanpa Dads sadari muncul akan benar-benar membekas di hati anak.
Bahkan mengutip dari Bright Side, dari data penelitian ada 700 ribu anak di Amerika Serikat mengalami depresi akibat ucapan Dads.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, Dads harus tahu, kata-kata apa saja yang tak boleh diucapkan saat sedang bersama anak.
Tak ada anak yang sempurna, jadi jangan sampai Dads berani membandingkan kemampuan anak dengan anak orang lain.
Jika Dads melakukan hal itu, anak akan merasa tidak dicintai, dan akhirnya akan memunculkan persaingan tidak sehat.
Bukannya menyenangkan hati, Dads malah membuat anak memiliki gejala depresi akibat terlalu membanding-bandingkan anak dengan anak orang lain.
Ketika mainan anak rusak, mereka pasti akan memunculkan sisi emosional mereka di depan Dads.
Ketika anak sedang memunculkan ekspresi emosi di depan Dads, seharusnya Dads tak ikut memarahinya
Jadilah orangtua yang bisa mendinginkan perasaan anak yang sedang kacau.
Atau saat anak sedang memunculkan emosi senang, atau bahagia, jangan sekali-kali Dads malah menanggapi dengan sinis.
Cobalah ikuti perasaan hati anak itu akan lebih baik dari apapun.
Ini masih sering terjadi apalagi ketika Dads sudah berjanji sesuatu tapi belum bisa memenuhi janji tersebut.
Dads mending terus terang saja kenapa belum bisa memnuhi janji daripada harus mencari alasan lain yang malah menyakiti hati anak.
Dengan dalih motivasi, anak akan terjerumus dalam depresi yang amat sangat ketika Dads hanya mengucap kata cinta saat anak sedang mencapai prestasi yang bagus.
Yakinlah, mencintai tanpa syarat akan jauh lebih menyenangkan hati anak.
Ketika anak sedang belajar matematika tapi tak bisa memecahkan sebuah soal, jangan terus Dads menghakimi anak dengan kata-kata anak bodoh.
Ungkapan Dads seperti itu malah membuat anak kehilangan kepercayaan diri, yang akan berujung pada depresi dan kecemasan saat mereka dewasa.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR