Kebiasaan baik bisa dimulai sejak usia batita. Meski tentu saja anak belum bisa mengakui kesalahan yang dilakukannya, tapi orangtua bisa membiasakan anak mengungkapkan kesalahannya.
Misal, “Oh, Adek menumpahkan susu ya? Kenapa susunya sampai tumpah?” Dengan menanyakannya anak jadi tahu bahwa perbuatannya itu adalah sesuatu yang salah.
Orangtua harus menjadikan mengakui kesalahan adalah kebiasaan sehari-hari di rumah sehingga anak jadi terbiasa.
2. Usia Prasekolah
Bantu anak mengungkapkan apa kesalahannya dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana.
Contoh, “Kenapa bukunya robek? Oh, rebutan sama teman?” Dengan begitu anak menyadari kesalahannya.
Setelah mengetahui apa kesalahannya, libatkan anak untuk “membereskan” kesalahannya. Umpama, memintanya ikut mengelem buku yang sobek.
Orangtua yang biasa ngeles saat melakukan kesalahan pasti akan dicontoh anak. Umpama, ayah yang ngeles tidak sengaja merusakkan remote teve, padahal anak melihat kalau remote itu sempat terjatuh. Dari situ anak akan belajar ngeles saat melakukan kesalahan.
Orangtua juga bisa melatih anak mengakui kesalahan melalui dongeng. Pilih cerita yang menyelipkan pesan moral bahwa orang harus mau mengakui kesalahan yang dilakukannya. Orang yang mau mengakui kesalahan adalah orang yang terhormat dan bertanggung jawab.
3. Usia Sekolah
Di usia ini orangtua masih bisa membantu anak mengakui kesalahannya dengan memancing melalui beberapa pertanyaan.
Baca Juga: Berperan Sama Mengajarkan Anak Meminta Maaf, Berikut 9 Cara yang Bisa Moms dan Dads Lakukan
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR