“Kenapa Mas berantem sama Daffa? Karena Daffa tidak mau gantian main mobil-mobilan? Coba kalau Mas yang dipukul, bagaimana rasanya?”
Biasakan pada anak untuk berkata/berbuat jujur dalam semua aspek kehidupannya. Anak-anak yang sudah terlatih jujur umumnya lebih mudah mengakui kesalahan yang dilakukan.
Tanamkan padanya bahwa dengan mengakui kesalahan ia sudah berlaku terhormat. Contohkan tokoh idola/film/buku cerita yang tokohnya mau mengakui kesalahannya untuk menginspirasi anak.
Jangan Paksa Anak Mengakui Salah
Tak jarang terjadi, orangtua menyudutkan anak, berusaha mencari-cari kesalahan anak. Padahal, sikap seperti ini dapat membuat anak melakukan tindak manipulatif.
Anak bukannya mengaku salah, malah melemparkan kesalahannya pada orang lain. Apalagi jika orangtua juga kerap menghukum anak setelah mengakui kesalahannya.
Orangtua diharapkan mengerti perasaan anak, karena hanya dengan cara itulah akan tumbuh rasa aman pada anak.
Kalau anak sudah merasa aman, maka dia pun akan berani untuk jujur, berani mengakui kesalahannya.
Hal lain yang penting diperhatikan, anak berhak untuk salah. Karena melalui kesalahan, ia akan belajar lebih efektif.
Sebaliknya, anak yang tak pernah diberi hak untuk salah tak akan menjadikan kesalahan itu sebagai guru, tapi sebagai sumber bencana yang harus ditutup-tutupi.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR