Nakita.id - Selama hamil, tubuh mengalami beberapa perubahan.
Akan tetapi perubahan tersebut berbeda-beda tipenya pada setiap ibu hamil.
Terjadinya perubahan tubuh pada ibu hamil terjadi seiring pertumbuhan janinnya.
Hal ini wajar saja, namun jika tak siap menghadapinya, si ibu bakalan dilanda stres.
Begitu kehamilan terjadi, tubuh pun mengalami banyak perubahan dalam rangka membantu pertumbuhan bayi.
Pada dasarnya, perubahan fisik yang terjadi bisa dikategorikan dalam dua bagian.
Pertama, perubahan fisik yang tampak dari luar, di antaranya perubahan warna kulit, perubahan payudara, pembesaran perut, perubahan liang sanggama.
Kedua, perubahan fisik bagian dalam, meliputi pembesaran rahim, perubahan mulut rahim, perubahan peredaran darah, dan pencernaan makanan.
Namun, perubahan-perubahan tersebut tak berlangsung sama. Ada yang terjadi di trimester I, II, hingga III.
Pada trimester I, misalnya, secara fisik sebenarnya belum begitu tampak banyak perubahan.
Bahkan mungkin si ibu malah bertambah kurus akibat mual-muntah berlebihan.
Baca Juga: Tanda Kehamilan 1 Hari yang Bisa Dirasakan, Mulai dari Mual Sampai Kelelahan
Nah, berikut ini sejumlah perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan.
Selama kehamilan, hormon estrogen akan mengalami peningkatan yang menyebabkan penyesuaian peredaran darah.
Volume darah akan makin meningkat yang menyebabkan pengenceran darah ibu dan mengakibatkan penurunan hemoglobin darah.
Cairan vagina bertambah banyak, sehingga vagina semakin basah.
Selain itu, pembuluh darah yang juga semakin banyak, membuat vagina dan vulva tampak makin merah dan kebiru-biruan.
Di trimester II, makin membesarnya rahim akan membuat perut si ibu pun makin membesar.
Rahim yang mula-mula seberat 30-40 gr, sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan, akan makin membesar sedemikian rupa hingga nanti mampu menampung kehamilan dengan berat air ketuban sejumlah 1 kg, plasenta 0,5 kg, dan janin 3 kg.
Pembesaran rahim ini dapat diraba dari luar, bahkan dapat dijadikan pegangan untuk memperkirakan besarnya janin dan usia kehamilan itu sendiri.
Setelah mual-muntah yang biasanya terjadi di trimester I, pertambahan berat badan mulai terjadi.
Kenaikan normal pada 5 bulan pertama kehamilan adalah 1 kg/bulan.
Sesudah usia kehamilan mencapai 5 bulan, maka kenaikannya harus 2 kg per bulan.
Payudara akan makin membesar, juga terasa nyeri karena adanya timbunan air dan garam yang mendesak saraf sensoris.
Selain itu, pembuluh darah pun makin tampak sehingga terlihat semakin hitam di daerah aerola.
Puting susu juga makin menonjol.
Sementara payudara makin membesar, ibu hamil tentu harus menggunakan bra yang lebih besar dan lebih kuat menyangga.
Kulit berwarna lebih gelap dari warna sekitarnya, semisal di bagian leher, ketiak, atau perut.
Perubahan ini disebabkan peningkatan hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone).
Sulit dihilangkan selama kehamilan, tetapi akan berangsur-angsur hilang setelah melahirkan.
Ini disebut hiperpigmentasi (cholasma gravidarum) dan munculnya tak tentu, ada yang di awal, ada pula yang baru muncul pada pertengahan kehamilan.
Paling banyak terjadi di bagian perut berupa garis-garis berwarna kecokelatan, yang biasanya setelah melahirkan berubah jadi putih.
Jika hiperpigmentasi menetap, perlu perawatan khusus setelah melahirkan, dengan menjaga kelembaban dan kelenturan kulit agar tak berakibat parah.
Perubahan pada pencernaan kerap menimbulkan gangguan berupa sembelit.
Baca Juga: Ciri-ciri Hamil yang Mungkin Muncul Setelah Berhubungan, Moms Kenali Perubahan Tubuh Seperti Ini
Sebab utamanya, terjadi relaksasi dan penurunan kerja otot-otot saluran pencernaan, yang merupakan dampak dari peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Sebab lain yang juga ikut menyebabkan sembelit adalah tekanan dari rahim yang terus tumbuh kepada usus, hingga akhirnya menghambat kegiatan normal usus.
Relaksasi otot saluran cerna dapat pula menyebabkan perut terasa kembung dan “panas” di tenggorokan.
Rasa panas di tenggorokan diakibatkan melemasnya cincin otot pemisah kerongkongan dengan lambung.
Sehingga, makanan dan cairan asam lambung dapat masuk kembali ke kerongkongan dari lambung.
Asam lambung inilah yang merangsang kerongkongan sehingga terasa panas.
Untuk menghindari sembelit, dianjurkan mengonsumsi secara cukup makanan berserat.
Misalnya seperti sayuran dan buah-buahan. Juga usahakan minum air yang cukup.
Sedangkan keluhan panas di tenggorokan dapat dikurangi dengan makan lebih sedikit porsinya, namun dalam frekuensi lebih sering.
Jika dengan cara ini tak berhasil atau keluhan semakin menjadi-jadi, konsultasikan ke dokter.
(Sumber: Tabloid Nakita)
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR