Namun, konfliknya bukan bersumber dari suami-istri itu sendiri, melainkan dari si ipar/mertua yang bersikap tak tahu diri.
Misalnya, si kakak/anak cuma bisa bantu Rp1.000, tapi si adik/orangtua ngotot minta Rp10 ribu.
Kalau tak diberi, mereka malah menjelek-jelekkan keluarga kakak/anaknya.
Tak heran kalau akhirnya timbul konflik baru gara-gara si ipar/mertua ngelunjak.
Ipar/mertua yang demikian, sering bersikap dan merasa bahwa kewajiban sang kakak/anaklah untuk membantunya, sehingga dia juga ikut "berkuasa" dalam soal keuangan.
Bila hubungan pasutri jadi runyam gara-gara menanggung ipar/mertua, maka masing-masing pihak harus membuka diri untuk mencari solusi.
Melansir dari Tabloid Nakita, berikut ini beberapa cara mengatasi masalah dengan ipar dan mertua.
Kalau memang bantuan mau tak mau harus diberikan, buatlah daftar skala prioritas.
Misanya, apa saja yang prioritas pengeluaran suami-istri.
Apakah untuk anak-anak atau keluarga besar?
Bukankah suami-istri juga perlu menabung untuk kebutuhan biaya sekolah anak-anak kelak?
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR