Menurut Anindya Dewi Paramita, M.Psi, Psikolog dari Lenting Indonesia sekaligus Dosen Fakultas Universitas Pancasila saat ditemui Nakita, Selasa (15/11/2022), ia memaparkan apa yang dimaksud dengan impostor syndrome itu sendiri.
"Impostor syndrome itu perasaan seperti menipu diri sendiri. Merasa dirinya tidak sebaik dengan apa yang ditampilkan," ungkap perempuan yang akrab disapa Mita ini.
Ada alasan tersendiri mengapa ibu yang baru memiliki anak, ataupun ibu yang sebelumnya sudah memiliki anak terkena impostor syndrome ini.
"Bisa terjadi pada ibu-ibu, karena biasanya tuntutan dari lingkungan kan cukup banyak, jadi si ibu ini punya standar yang tinggi terkait bagaimana harus menjadi ibu, mengasuh anak dan lain sebagainya," jelas Mita.
Dijelaskan Mita, kondisi impostor syndrome ini memang cukup sulit dilihat dari kondisi luar seorang ibu.
Sebab impostor syndrome hanya mampu dirasakan di dalam diri seorang ibu itu sendiri, Moms.
Lantas, seperti apa gejala impostor syndrome pada ibu baru yang kerap terjadi?
Mita mengatakan jika gejala impostor syndrome pada ibu baru sebenarnya sangat banyak.
"Salah satunya misalnya keluarnya jadi perfeksionis. Maunya yang paling ideal, paling baik. Jadi karena punya standard yang tinggi dalam mengasuh anaknya," paparnya lagi.
Karena memiliki standard tinggi tersebut, membuat para ibu yang mengalami impostor syndrome kerap kali mengikuti semua hal yang dipercaya baik untuk dilakukan saat mengasuh anak.
Menurut Mita, impostor syndrome bisa menjadi salah satu bentuk rasa rendah diri seorang ibu baru.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR