Nakita.id - Impostor syndrome mungkin masih terdengar asing di telinga Moms, ya saat ini.
Tapi tenang saja, Moms bisa mengenal lebih tentang impostor syndrome dalam artikel ini.
Menjadi seorang ibu yang memiliki anak adalah impian setiap wanita.
Meskipun sebenarnya menjadi seorang ibu adalah hal yang sulit untuk dilakukan, karena harus melewati proses mengandung selama 9 bulan hingga proses melahirkan yang menyakitkan.
Semua itu rela dilakukan para calon ibu untuk segera bertemu dengan buah hatinya.
Tapi tantangan menjadi seorang ibu tak hanya dilihat dari dua hal itu saja.
Karena Moms sebenarnya akan menghadapi tantangan yang lebih besar lagi saat mengurus Si Kecil usai melahirkan.
Tantangan ini biasanya akan lebih banyak dirasakan oleh ibu baru yang belum pernah dikaruniai anak sebelumnya.
Harus beradaptasi dengan keadaan yang berbeda sebelumnya, membuat ibu baru rentan sekali terkena stres.
Belum lagi mereka harus menghadapi tuntutan dari lingkungan di sekitarnya agar bisa menjadi ibu yang sempurna bagi anaknya.
Kondisi ini biasa disebut juga dengan impostor syndrome, Moms.
Baca Juga: Perubahan Tubuh Ibu Setelah Melahirkan Terutama pada Rambut dan Kulit, Apa Saja?
Menurut Anindya Dewi Paramita, M.Psi, Psikolog dari Lenting Indonesia sekaligus Dosen Fakultas Universitas Pancasila saat ditemui Nakita, Selasa (15/11/2022), ia memaparkan apa yang dimaksud dengan impostor syndrome itu sendiri.
"Impostor syndrome itu perasaan seperti menipu diri sendiri. Merasa dirinya tidak sebaik dengan apa yang ditampilkan," ungkap perempuan yang akrab disapa Mita ini.
Ada alasan tersendiri mengapa ibu yang baru memiliki anak, ataupun ibu yang sebelumnya sudah memiliki anak terkena impostor syndrome ini.
"Bisa terjadi pada ibu-ibu, karena biasanya tuntutan dari lingkungan kan cukup banyak, jadi si ibu ini punya standar yang tinggi terkait bagaimana harus menjadi ibu, mengasuh anak dan lain sebagainya," jelas Mita.
Dijelaskan Mita, kondisi impostor syndrome ini memang cukup sulit dilihat dari kondisi luar seorang ibu.
Sebab impostor syndrome hanya mampu dirasakan di dalam diri seorang ibu itu sendiri, Moms.
Lantas, seperti apa gejala impostor syndrome pada ibu baru yang kerap terjadi?
Mita mengatakan jika gejala impostor syndrome pada ibu baru sebenarnya sangat banyak.
"Salah satunya misalnya keluarnya jadi perfeksionis. Maunya yang paling ideal, paling baik. Jadi karena punya standard yang tinggi dalam mengasuh anaknya," paparnya lagi.
Karena memiliki standard tinggi tersebut, membuat para ibu yang mengalami impostor syndrome kerap kali mengikuti semua hal yang dipercaya baik untuk dilakukan saat mengasuh anak.
Menurut Mita, impostor syndrome bisa menjadi salah satu bentuk rasa rendah diri seorang ibu baru.
Sebab jika mengalami sindorm ini, tak jarang para ibu juga sering merasa bersalah terhadap dirinya sendiri dalam hal mengasuh anak.
Perasaan yang tak sesuai dengan apa yang ditampilkan pada orang-orang, juga kerap kali di rasakan para ibu yang mengalami impostor syndrome ini.
"Impostor ini diluarnya baik, tapi di dalamnya dia merasa tidak sebaik itu. Jadi dia merasa sedang menipu, merasa tidak cocok dengan yang diluar sama yang dirasakan di dalamnya," jelas Mita.
Bila Moms saat ini mengalami beberapa tanda yang disebutkan, maka harus ada perhatian lebih dalam penanganannya.
Sebab jika impostor syndrome tak ditangani, Moms bisa saja membuat kesehatan mental terganggu karena muncul perasaan-perasaan berikut ini.
"Bisa merasa terisolasi, merasa sendirian, sampai punya pemikiran kalau dia nggak baik-baik aja. Yang ada malah nanti nggak bisa bangkit dengan apa yang dirasakanya," ucap dia lagi.
Sementara bagi anak, Mita menjelaskan dampak impostor syndrome ini dapat membuatnya dapat melihat tanda-tanda sulit untuk menerima diri dengan baik.
"Pada akhirnya anaknya nggak bisa membangun sense of self yang cukup kuat terhadap dirinya, sulit sayang pada dirinya juga," tutur Mita.
Dijelaskan Mita, jika impostor syndrome tak ditangani maka akan membuat Moms bisa mengalami burnout atau kelelahan secara emosional.
"Burnout inilah yang menjadi cikal bakal yang bisa lari ke depresi, muncul gangguan kecemasan. Pada ibu baru biasanya bisa mengalami baby blues," sambungnya lagi menjelaskan.
Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk menerima diri sendiri dan tak terlalu memikirkan semua pendapat dari lingkungan sekitar dalam hal mendidik anak untuk pertama kalinya.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR