Nakita.id - Bersosialisasi dan memiliki teman penting dalam bermasyarakat dan dalam kehidupan.
Ini rupanya tak hanya diperlukan orang dewasa, tetapi penting juga bagi anak-anak.
Di zaman yang serba digital ini, anak tetap harus dikenalkan konsep berteman untuk bekal kehidupannya kelak.
Sejak usia setahun, si Kecil bisa dilatih berteman.
Tapi jangan berharap ia bisa berteman dengan baik, ya.
Di usia setahun, anak baru mengeksplorasi lingkungan.
Walau begitu, bila ia disodorkan, "Ini adik. Ayo, disayang," maka ia akan mengelusnya.
Tapi hanya sekadar itu, si Kecil biasanya belum tahu temannya itu mau diapakan, karena arti teman belum masuk ke frame of mind-nya.
Umumnya sampai usia 2 tahun, si Kecil masih berteman ke dalam rumah, yakni orang-orang yang ada di lingkungan keluarganya.
Di usia ini, ia memang sudah bereksplorasi ke luar lingkungan keluarga, tapi belum bisa berteman seperti yang kita harapkan.
Jika ia main bersama anak lain sebayanya, biasanya mainnya masih sendiri-sendiri.
Kendati demikian, sebaiknya tetapkan libatkan anak ke teman-temannya.
Tapi orang tua jangan terlalu berharap banyak, ia akan bisa berteman dengan baik.
Yang penting, anak mengenal situasinya dulu.
Berteman dalam arti sesungguhnya, baru bisa efektif kala si Kecil usia 3 tahun, karena ia sudah memiliki kemampuan bersosialisasi.
Misal, dapat mengikuti peraturan tertentu dalam permainan, yang membuat mereka interaktif.
Selain itu, si Kecil juga sudah mulai mengerti fungsi orang lain terhadap dirinya.
Ia pun sudah mengenal arti bersosialisasi tapi belum memilih-milih teman.
Teman yang didapatkan anak hampir semuanya tanpa sengaja.
Mereka sudah tersedia begitu saja tanpa perlu dicari atau dipilih.
Misal, anak tetangga, saudara sepupu, atau anak dari teman orang tuanya.
Nah, dalam melatih anak berteman, tugas orang tua ialah mengajarkan cara berteman yang baik.
Baca Juga: Anak Tak Mau Didekati Teman
Ini bisa dimulai sejak si Kecil usia 1 tahun dengan menjadikan orang tua sebagai teman bermainnya.
Namun, dalam bermain dengan batita, hendaknya kita jangan selalu mengalah kepadanya.
Bukankah dalam permainan dengan teman-teman sebayanya, hal tersebut tak akan dialaminya?
Hingga, bisa membuatnya bingung.
Jadi, kita pun harus menjelaskan pada si Kecil bahwa demikianlah permainan, ada yang kalah dan ada yang menang, serta bagaimana harus sharing.
Dengan begitu anak terlatih bagaimana cara bermain dan berteman.
Hingga, saat bermain dengan teman-temannya, ia pun sudah punya bekal dan akhirnya rasa percaya dirinya juga tumbuh.
Seiring dengan itu, perlahan-lahan ajak si Kecil bermain bersama teman-temannya. Tentu saja sambil didampingi.
Dari sini kita bisa lihat, apakah si Kecil bisa diterima teman-temannya.
Jika bisa, berarti inilah saat tepat kita dapat melepaskan anak bermain sendiri.
Tapi bila si Kecil tak diterima, maka kita masih harus mendampinginya.
Baca Juga: Ini Yang Perlu Dilakukan Bunda Agar Si Kecil Tak Jadi Anak Pemalu
Kita pun harus lihat, apa sebab si kecil tak diterima.
Bila karena si Kecil menarik diri, berarti kita harus memberi support terus. Tapi jika disebabkan perilakunya yang agresif, kita harus mengajarinya bersosialisasi.
Misal, ia harus menunggu giliran, tak pelit dengan mainannya, pentingnya memberi dan menerima, dan sebagainya.
Bila suatu ketika ia harus bertengkar pun, ajarkan bahwa kadang diperlukan juga untuk mengalah.
Yang juga penting, beri si Kecil bekal tentang karakter manusia; bahwa ada orang yang baik, ada yang suka mencuri, pembohong, dan lainnya.
Dengan demikian, ia punya bekal dalam menghadapi berbagai karakter temannya.
"Tapi jangan mengajari anak untuk pilih-pilih teman, ya!"
Misal, si Kecil hanya boleh main dengan anak orang kaya saja. Lebih baik beri ia kesempatan berteman seluas-luasnya.
Kecuali jika temannya memang berperilaku tak baik seperti sangat nakal atau tutur katanya kurang sopan.
Arahkan dan bimbing ia agar tak salah mencari teman.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Anak Pemalu Bukan Cuma Karena Kepribadiannya
Lewat Ajang Bergengsi Pucuk Cool Jam 2024, Teh Pucuk Harum Antar Anak Indonesia 'Bawa Mimpi Sampai ke Pucuk'
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR