Nakita.id - Setiap anak memang memiliki fasenya masing-masing.
Akan tetapi ada beberapa fase yang seharusnya terjadi hampir bersamaan.
Salah satunya kebiasaan mengompol.
Mengompol pada usia sekolah dianggap sudah tidak wajar lagi.
Orang tua harus segera mengatasinya.
Secara biologis, anak di atas usia 5 tahun harusnya sudah tak mengompol lagi, karena otot-otot yang mengatur kontraksi urin sudah berkembang sempurna.
Itu sebab, bila anak usia sekolah masih mengompol, orang tua harus segera mencari pangkal permasalahannya.
Perlu diketahui, mengompol tak melulu terjadi pada saat anak tidur, tapi bisa juga kala anak di sekolah.
Inilah yang ditakutkan karena akan membuat anak malu, tertekan dan merasa rendah diri.
Secara medis, paling sering disebabkan gangguan atau kelainan pada tubuh anak.
Misal, terjadi infeksi di saluran kencing.
Baca Juga: Anak Masih Ngompol? Begini Cara Ampuh Mengatasinya dengan Mudah
Dapat juga disebabkan anak mengalami trauma, seperti jatuh dari sepeda atau terbentur benda keras yang mengenai tulang belakangnya.
Anak mengalami stres atau ketegangan luar biasa.
Misal, anak takut pada ancaman teman, ada guru yang galak di sekolah, ataupun karena anak dipaksa sekolah oleh orang tuanya.
Sebab lain: anak terlalu lelah bermain di sekolah bersama teman-temannya, terlalu banyak minum sebelum tidur, kebiasaan BAK yang tidak teratur atau tidak BAK lebih dulu sebelum tidur, suhu kamar yang kelewat dingin karena penggunaan AC.
Jelaslah, mengompol pada anak usia ini pertanda ada yang tak beres dalam dirinya.
Kalau mengompol terjadi sekali-sekali, mungkin masih dapat ditolerir.
Tapi kalau hampir setiap hari atau bahkan setiap hari, orang tua harus mencari tahu penyebabnya.
Penting diketahui, perhatian dari orangtua merupakan faktor utama dalam usaha mengatasi masalah mengompol pada anak.
Orangtua jangan serta-merta memarahi anak, tetapi harus merangkul anak, harus dapat bersahabat dan berbicara dengan anak.
Lewat kebersamaan dengan orangtua, anak akan lebih percaya diri, hingga proses penyembuhannya dapat lebih baik dan cepat.
Selain itu, orangtua pun tak boleh menunjukkan perasaan jijik atau marah terhadap kedaaan anaknya itu.
Sebab, sikap ini dapat memperbesar rasa sakit hati dan ketidakmampuan anak untuk mengontrol dirinya.
Kalau dirasa perlu, orangtua dapat bersama-sama dengan anak mencuci bekas ompolnya.
Jadi, orangtuanya tidak marah tapi anak tahu bahwa ada yang harus dikerjakan oleh mereka akibat perbuatannya itu.
Bila faktor psikis yang jadi penyebab anak mengompol dan ada kaitannya dengan sekolah, bisa dibicarakan dengan wali kelas atau guru pembimbing.
Namun, bila orangtua tak bisa mengatasinya sendiri, jangan ragu untuk membawa anak berkonsultasi ke psikolog atau psikiater anak.
Sementara bila anak mengompol bukan karena faktor psikologis, orang tua harus segera membawanya ke dokter spesialis.
Dengan membawanya ke dokter, maka anak akan diberikan pemeriksaan.
Anak pun perlu diajarkan pola hidup yang benar.
Misal, keteraturan waktu tidur, sebelum tidur dibiasakan untuk BAK, atau membangunkan anak pada jam-jam tertentu untuk BAK.
Selain, membiasakan anak tak terlalu banyak minum menjelang tidur.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR