Nakita.id - Ketika menjadi orang tua baru, salah satu masalah yang banyak dihadapi adalah pola tidur bayi.
Pasalnya pola tidur bayi sangat berbeda dari orang dewasa.
Pola tidur bayi ini dipengaruhi oleh si Kecil yang belum bisa membedakan siang dan malam.
Meski begitu, Moms pasti tahu kalau tidur sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
Bayi setidaknya mendapatkan tidur 10-18 jam dalam sehari.
Melansir dari Baby Sleep Dr, anak butuh tidur agar perkembangan otak dan tubuhnya berjalan optimal.
Anak butuh tidur dalam jumlah waktu tertentu dan hal ini tidak bisa dicapai hanya di malam hari.
Ini karena anak bisa terbangun karena kepanasan, ngompol, atau buang air besar.
Itu sebabnya, penting bagi Moms untuk mulai mengajarkan tidur siang pada anak.
Terlepas dari usaha orang tua, ada momen ketika anak susah tidur.
Bisa jadi, ini karena anak mengalami gangguan tidur yang membuatnya susah untuk terlelap.
Baca Juga: Sederet Fakta Pola Tidur Bayi Usia 4-6 Bulan, Ternyata di Waktu Ini Si Kecil Akan Sering Terbangun!
Insomnia memengaruhi anak dengan cara yang sama seperti insomnia memengaruhi orang dewasa.
Seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa kesulitan tidur atau tetap tertidur. Kasus akut dapat disebabkan oleh stres atau penyakit, tetapi jika insomnia berlangsung lebih lama dari beberapa bulan, mungkin ini insomnia kronis.
Untuk kasus yang lebih ringan, bantu anak-anak mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik.
Berikut tipsnya:
- Tetapkan batas dan bersikap tegas tentang waktu tidur.
- Miliki rutinitas tidur teratur, dan pertahankan sebaik mungkin. Efeknya bukan hanya pada anak-tetapi juga akan menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik untuk semua orang di rumah.
- Hindari konsumsi kafein dan kurangi asupan gula.
- Jauhkan elektronik dari kamar tidur, terutama untuk remaja dan anak-anak yang tidak dapat mengatur penggunaannya.
- Biarkan kamar tidur tenang, dingin, dan gelap.
- Orangtua juga bisa memberi hadiah untuk anak-anak yang berusia lebih kecil, ketika mereka berhasil tidur tepat waktu.
- Untuk kasus yang sulit, bicarakan dengan dokter anak. Untuk beberapa anak, konsultasi dengan dokter tidur dapat membantu. Terkadang, psikolog tidur akan membantu membimbing anak insomnia dengan terapi perilaku kognitif.
Baca Juga: Pola Tidur Bayi Usia 7 Bulan yang Penting Moms Ketahui dan Pahami
Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda bisa menjadi masalah mengkhawatirkan pada remaja.
Pasalnya, ketika mereka mengalami sindrom fase tidur tertunda, maka ritme sirkadian otomatis terganggu, jam biologis mereka membuat mereka cenderung seperti “burung hantu” - terlambat tidur dan terlambat bangun.
Seringkali gangguan tidur ini keliru dianggap sebagai insomnia pada awalnya, tetapi memang dapat menyebabkan insomnia jika menjadi kronis - atau kebiasaan.
Berikut tips untuk orangtua:
- Ajarkan kepada anak remaja kebiasaan tidur yang baik.
- Pastikan mereka menghindari kafein.
- Batasi waktu tidur di siang hari.
- Batasi penggunaan elektronik di malam hari, terutama penggunaan cahaya.
- Paparan cahaya di malam hari harus dihindari, karena dapat menunda jam biologis. Sebaliknya, cahaya di pagi hari sangat penting untuk membantu mengatur jam bangun dan membantu menjaga ritme biologis tetap terjaga.
- Jika gangguan tidur tetap tak bisa diatasi, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapat rekomendasi perawatan yang tepat.
Mendengkur, tidur tidak nyenyak, berhenti bernapas saat tidur - gejala-gejala sleep apnea tersebut juga menyerang anak-anak.
Baca Juga: Berikut 5 Fakta Menarik Tentang Pola Tidur Bayi Baru Lahir, Yuk Simak!
Perhatikan apakah hidung anak tersumbat dan napasnya berat saat anak tidur.
Pada orang dewsa, sleep apnea umumnya terjadi karena beberapa faktor, seperti perubahan suasana hati, kelelahan di siang hari, dan tekanan darah tinggi.
Sedangkan pada anak, Dr. Ibrahim mengatakan anak-anak dengan sleep apnea dapat mengompol.
Dan mereka mungkin memiliki masalah yang sama di siang hari dengan anak-anak attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), seperti masalah konsentrasi, nilai buruk, dan masalah perilaku.
Jika orangtua mencurigai si kecil mengalami sleep apnea, dokter anak akan merujuk untuk melakukan sleep study – untuk mendapatkan diagnosa gangguan tidur dan mengetahui tingkat keparahannya.
Jika anak menderita sleep apnea, biasanya terapi lini pertama adalah menghilangkan amandel dan kelenjar gondok, tetapi bukan tidak mungkin ada pertimbangan lain.
CPAP, mesin yang membantu pernapasan di malam hari, biasanya dicadangkan untuk mereka yang sudah menjalani operasi amandel dan kelenjar gondok atau mereka yang tidak memiliki opsi bedah lain.
Terpenting, kata Dr. Ibrahim, adalah mengatasi masalah tidur sedini mungkin pada anak-anak.
Ini akan membantu memastikan, bahwa mereka tetap sehat dan mengembangkan kebiasaan tidur yang positif seumur hidupnya.
Baca Juga: Begini Pola Tidur Bayi Usia 3 Bulan yang Perlu Moms dan Dads Tahu
(Artikel ini sudah tayang di Kompas dengan judul: Si Kecil Susah Tidur? Kenali 3 Jenis Gangguan Tidur pada Anak)
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR