Peserta studi yang memiliki asupan total flavonoid, flavan-3-ols dan flavonol yang lebih tinggi 36-39 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami AAC yang luas.
Teh hitam adalah sumber utama flavonoid total kelompok studi dan juga dikaitkan dengan kemungkinan AAC ekstensif yang jauh lebih rendah.
Dibandingkan dengan responden yang tidak minum teh, peserta yang minum dua hingga enam cangkir per hari memiliki peluang 16-42 persen lebih sedikit untuk mengalami AAC yang luas.
Namun, beberapa sumber makanan lain dari flavonoid seperti jus buah, anggur merah dan cokelat, tidak menunjukkan hubungan manfaat yang signifikan dengan AAC.
Meskipun teh hitam adalah sumber utama flavonoid dalam penelitian ini, kemungkinan karena usia para peserta.
Parmenter mengatakan orang masih bisa mendapat manfaat dari flavonoid tanpa menyalakan ketel.
"Dari wanita yang tidak minum teh hitam, total asupan flavonoid non-teh yang lebih tinggi juga tampaknya melindungi dari pengapuran arteri yang luas," katanya.
"Ini menyiratkan bahwa flavonoid dari sumber selain teh hitam mungkin melindungi terhadap AAC saat teh tidak dikonsumsi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Parmenter menyatakan, ini penting karena memungkinkan peminum non-teh tetap mendapat manfaat dari flavonoid dalam makanan mereka.
“Pada populasi atau kelompok orang lain, seperti pemuda atau orang dari negara lain, teh hitam mungkin bukan sumber utama flavonoid,” ujarnya.
"AAC adalah prediktor utama kejadian penyakit vaskular, dan penelitian ini menunjukkan asupan flavonoid, yang dapat melindungi terhadap AAC, mudah dicapai dalam pola makan kebanyakan orang,” lanjutnya.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR