Nakita.id - Persiapan pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono sudah semakin matang.
Berbagai persiapan telah disampaikan ke publik.
Mulai dari rangkaian acara, jumlah tamu undangan, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, ada beberapa aturan yang juga sudah disampaikan ke para tamu undangan dan juga publik saat gelaran pernikahan Kaesang dan Erina berlangsung.
Sebelumnya telah disampaikan bahwa dalam pernikahan Kaesang dan Erina, dilarang untuk menyumbang dalam bentuk apapun.
Hal ini disampaikan secara langsung oleh kakak Kaesang, Gibran Rakabuming Raka.
"(tidak menerima sumbangan). Zamanku kan yo ora (zaman saya menikah juga tidak menrima sumbangan).
"Nggak ada sumbangan ya, nggak usah bawa sumbangan," tutur Gibran saat ditemui awak media pada Senin (5/12/2022).
Menurutnya, status Jokowi sebagai Presiden menjadi pertimbangan untuk tidak menerima sumbangan.
"Iya (karena Presiden).
"Intinya kita nggak mau merepotkan tamu yang kita undang. Kita didatangi tamu undangan bisa rawuh (hadir) aja sudah senang," lanjutnya.
Gibran kembali menegaskan tidak memberi hadiah dalam bentuk apa pun, kecuali karangan bunga.
"Ya, minta doa aja. Karangan bunga, boleh. Wis itu war (udah itu saja).
"Kalau barang-barang, amplop, nggak usah. Nanti malah merepotkan," tutupnya.
Tak hanya sumbangan, ternyata ada aturan juga mengenai pakaian tamu undangan.
Pasalnya, Gibran menyebut bahwa tamu undangan tidak diperbolehkan mengenakan batik dengan motif parang lereng.
"Untuk masuk Pura Mangkunegaran tidak boleh ada (batik) parang lereng," kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, pada Selasa (6/12/2022) melansir dari Kompas.
Menurut Gibran, aturan tersebut sudah dari Raja Mangkunegaran.
"Aturan dari Kanjeng Gusti Mangkunegara X. Harusnya (tamu) sudah tahu semua," ungkap putra sulung Presiden Jokowi itu.
Tapi apa alasannya?
Perlu diketahui, batik motif parang ini merupakan batik dengan bentuk diagonal yang tegas.
Parang ini menyerupai bentuk S atau seperti ombak laut yang tidak terputus dan saling berkaitan.
Baca Juga: 7 Ruas Jalan yang Akan Terkena Imbas Macet saat Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
Mengutip dari Kompas, secara filosofis, motif batik parang memiliki arti untuk tidak pernah menyerah sedangkan kontinuitasnya bermakna sebuah perjuangan yang tidak pernah putus.
Selain itu, garis yang miring di motif ini merupakan lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.
Terlepas dari desain dan keindahannya, ternyata motif batik parang ini tidak bisa dipakai sembarang orang, karena motif ini biasanya hanya dipakai kaum bangsawan.
Pada tahun 1785, bahkan muncul larangan secara resmi bagi rakyat jelata memakainya, bertepatan dengan era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta.
Motif parang menjadi salah satu batik larangan bersama dengan kawung, udan liris, dan beberapa desain lainnya.
"Parang barong hanya boleh dikenakan oleh raja, atau sering disebut dengan 'pengageman ndalem'. Motifnya bentuk dasarnya letter S yang jarak masing-masing diatas 12 cm," ujar Sekretaris Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Murdijati Gardjito, dalam pemberitaan Kompas yang lalu.
Sementara motif batik parang lainnya seperti parang rusak Gendreh boleh dipakai oleh para keturunan raja atau sultan, istri para pangeran dan patih.
Sedangkan motif batik parang rusak klithik dipakai untuk istri dan selir para putra mahkota.
Oleh sebab itu, batik dengan motif parang sebaiknya memang tidak dipakai di area Kraton Solo maupun Yogyakarta.
Sehingga sudah jelas alasannya, mengapa batik parang lereng dianjurkan tak digunakan saat pernikahan Kaesang dan Erina yang berlangsung di Pura Mangkunegaran, Solo.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR