Nakita.id – Untuk menjaga kesehatan bayi yang di kandung, ibu hamil perlu melakukan serangkaian pemeriksaan.
Salah satu tes yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksakan deteksi HIV.
Dengan melakukan tes HIV, hal ini dapat mencegah risiko-risiko yang membahayakan kesehatan bayi.
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus.
Virus ini menyerang sel T (sel CD4) dalam sistem imun yang bertugas untuk melawan infeksi.
Penyebaran virus HIV dapat melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina.
Kendati demikian, tidak sedikit ibu hamil yang menderita HIV tidak mengetahui dirinya terinfeksi.
Hal ini dapat terjadi karena gejala HIV yang sulit untuk dikenali tanpa melakukan tes pemeriksaan.
Jika ibu hamil dapat mengetahui hasilnya lebih dini, maka hal ini dapat menentukan penanganan lanjutan untuk bayi yang ada di dalam kandungan.
Teutama untuk mengurangi risiko penularan kepada bayi.
Pemeriksaan deteksi pada ibu hamil penting untuk dilakukan untuk mencegah risiko penularan HIV dari ibu ke janin.
Baca Juga: Dampak yang Terjadi pada Janin Ketika Ibu Hamil Sakit, Perlu Khawatir?
Jika hasil yang didapat ibu positif HIV, maka dapat dilakukan perawatan dan penanganan untuk mencegah penularan sejak dini.
Sebaliknya jika ibu hamil tidak melakukan tes kesehatan HIV dan lainnya, dikhawatirkan dapat berdampak buruk bagi bayi yang ada di dalam kandungam.
Selain itu, hal tersebut juga dapat menganggu kesehatan bayi bahkan setelah ia lahir.
Untuk menekan segala kemungkinan yang terjadi, maka ibu hamil perlu menjalani tes HIV.
Apabila mendapatkan hasil yang positif, maka biasanya ibu hamil akan diberikan opsi pengobatan.
Yang pertama adalah mengonsumsi obat HIV. Obat yang dikonsumsi adalah Antiretroviral atau biasa disingkat ARV.
Obat ini bekerja untuk menekan perkembangbiakan virus di dalam tubuh.
Kemudian setelah virus sudah tidak terdeteksi, maka ibu hamil bisa melakukan persalinan secara normal.
Hal berbeda, jika ibu hamil diketahui masih terdeteksi memiliki virus HIV dalam tubuh.
Maka disarankan untuk ibu hamil melahirkan dengan metode persalinan caesar.
Setelah bayi lahir selama enam minggu pertama usianya, mereka akan intensif menjalani terapi pengobatan.
Baca Juga: Pengobatan Anemia Selama Kehamilan, Cari Tahu Penjelasannya di Sini!
Bayi perlu melakukan serangkaian pemeriksan seperti tes darah untuk mengetahui apakah bayi masih terdeteksi virus HIV dari ibu.
Dokter akan mengevaluasi bayi bebas HIV maupun perlu mendapatkan perawatan lanjutan.
Ibu hamil dapat menjalani pemeriksaan deteksi HIV pada saat menjalani tes darah kehamilan.
Biasanya pemeriksaan keehana ini dilakukan pada saat kunjungan prenatal yang pertama.
Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan tes HIV lanjutan pada trimester ketiga kehamilan dan setelah bayi lahir.
Umumnya, tes HIV yang digunakan adalah test antibodi HIV.
Tes antibodi HIV bertujuan mencari antibodi HIV pada sampel darah.
Antibodi HIV merupakan sejenis protein yang diproduksi tubuh untuk menanggapi infeksi virus.
Dikatakan ibu hamil menderia HIV, apabila mendapat hasil positiv dari tes antibodi HIV.
Tes HIV yang kedua dilakukan untuk memastikan bahwa seseorang benar-benar terinfeksi virus HIV.
Tidak hanya itu saja, dari pemeriksana HIV pada ibu hamil juga dapat mengetahui keberadaan penyakit menular seksual lainnya, seperti hepatitis C dan sifilis.
Baca Juga: Cara Mengatasi HB Ibu Hamil yang Rendah dan Apa Dampaknya bagi Perkembangan Janin?
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR