Nakita.id – Apakah Moms dan Dads sedang berencana untuk memiliki momongan lagi?
Mengetahui apakah ingin atau tidak ingin memiliki anak dalam beberapa tahun ke depan perlu dibicarakan.
Hal ini dapat membantu dalam mempersiapkan konsepsi atau memilih kontrasepsi yang sesuai.
Selain itu, dalam hal ini, jarak kehamilan adalah bagian penting yang dipertimbangkan.
Jarak kehamilan dapat memengaruhi pada seberapa dekat usia anak-anak.
Jauh dekatnya usia anak dengan bayi baru lahir mungkin dapat berdampak pada bagaimana reaksi anak yang lain saat berbagi perhatian dengan adiknya.
Selain itu, mengatur jarak kehamilan juga dapat memengaruhi ibu dan bayi.
Baik itu kesiapan untuk merawat bayi baru lahir kembali hingga kondisi kesehatan.
Oleh karena itu, penting untuk mencari tahu tips mengatur jarak kehamilan yang benar.
Ketika ingin mengatur jarak kehamilan, baik itu seberapa dekat dan seberapa jauh, harus mempertimbangkan kondisi kesehatan masing-masing.
Dilansir dari Mayo Clinic, untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, disarankan untuk menunggu 18 hingga 24 bulan antara saat melahirkan dan hamil lagi.
Baca Juga: Jarak Kehamilan Ideal Antara Anak Pertama dan Kedua, Usia Berapa Tahun Si Kecil Siap Punya Adik?
Menunda kehamilan memberi tubuh dan pikiran waktu untuk pulih dari kehamilan dan persalinan terakhir.
Memilih kapan memiliki bayi lagi adalah keputusan pribadi.
Saat merencanakan kehamilan berikutnya, Moms dan Dads mungkin mempertimbangkan berbagai faktor selain risiko dan manfaat kesehatan.
Sampai memutuskan kapan akan memiliki anak lagi, gunakan metode kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kondisi.
Ketika merawat bayi baru lahir, banak orangtua mungkin tidak akan mendapatkan banyak tidur dalam beberapa bulan pertama setelah melahirkan.
Ditambah dengan kurang tidur, bisa membuat Moms merasa sangat lelah. Jarak hamil yang sangat dekat dapat memperburuk rasa lelah itu.
Selain itu, baby blues normal setelah melahirkan dan akan hilang dalam beberapa minggu.
Beberapa ibu mengalami depresi pascapersalinan yang dapat memengaruhi tingkat energi dan kesehatan secara umum.
Hamil lagi dalam waktu 18 bulan setelah kehamilan sebelumnya dan meningkatkan risiko masalah kehamilan.
Bahkan, risikonya lebih tinggi jika Moms hamil dalam waktu 6 bulan dari kehamilan sebelumnya.
Beberapa risikonya antara lain: Berat lahir rendah, lahir prematur, masalah dengan plasenta, skizofrenia, anemia ibu.
Beberapa dari masalah ini mungkin mengharuskan bayi baru lahir untuk tinggal di unit perawatan intensif neonatal (NICU).
Memiliki bayi di NICU bisa membuat stres dan mungkin menjauhkan Moms dari bayi yang lebih besar.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa jarak kehamilan yang dekat mungkin terkait dengan peningkatan risiko autisme pada anak kedua.
Risikonya paling tinggi untuk kehamilan dengan jarak kurang dari 12 bulan.
Jarak kehamilan yang dekat mungkin tidak memberi ibu cukup waktu untuk pulih dari kehamilan sebelum melanjutkan ke kehamilan berikutnya.
Misalnya, kehamilan dan menyusui dapat menghabiskan simpanan nutrisi, terutama folat.
Tentunya ini dapat memengaruhi kesehatan ibu atau kesehatan bayi.
Peradangan saluran kelamin yang berkembang selama kehamilan dan tidak sembuh total sebelum kehamilan berikutnya juga bisa berperan.
Membesarkan anak bisa menghabiskan banyak uang. Moms dan Dads harus merencanakan biaya kehamilan dan persalinan, popok, pakaian, susu, dan masih banyak lagi.
Jika anak yang lebih tua adalah balita, ini akan menjadi tugas ganda untuk pembiayaan kebutuhan anak.
Untuk itu, faktor kondisi keuangan keluarga perlu menjadi pertimbangan penting.
Baca Juga: Jarak Kehamilan Ideal Antara Kakak dan Adik, Agar Anak Bisa Mendapat Perhatian yang Cukup
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR