Saat mengajarkan, secara bertahap, latih anak untuk dapat berpakaian di dalam kamar mandi, sehingga ia terbiasa saat remaja, untuk sudah berpakaian saat keluar dari kamar mandi.
Sejak dini ajarkan anak mengenai bagian tubuh pribadi, yang tidak boleh disentuh, dilihat, ataupun dibuka oleh orang lain, kecuali orang-orang tertentu (misal, ibu dan dokter).
Hal ini dapat menjadi bekal anak untuk melindungi dirinya dari pelaku pelecehan. Jangan lupa untuk menggunakan istilah yang tepat seperti penis dan vagina, agar tidak membingungkan.
Saat menjelaskan, gunakan bahasa yang santai dan tidak kaku.
Lingkaran sosial mengajarkan anak mengenai siapa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, mulai dari dirinya, keluarga inti, keluarga besar, teman, tetangga, hingga kerabat jauh.
Dengan lingkaran ini kita dapat mengajarkan pada sang anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tata cara berperilaku dengan anggota dari masing-masing lingkaran.
Misalkan, dengan keluarga besar tidak boleh pangku, peluk, cium apalagi membuka pakaian, dengan teman di sekolah boleh bersalaman, bermain bersama namun tidak boleh peluk dan cium, dan lain sebagainya.
Nah itu dia Moms cara menyikapi pubertas pada anak autis atau berkebutuhan khusus.
Yang harus diperhatikan adalah paparan sang anak terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan rangsangan, serta menerapkan aturan tegas.
Orangtua bisa mengendalikan hal tersebut kok.
Bicara dari hati ke hati antara orangtua dan anak berkebutuhan khusus juga bisa dilakukan.
Baca Juga: Simak Tahapan Pubertas Anak Laki-Laki dan Peran Ibu dalam Menyikapi
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR