"Misalnya, ibu bilang, 'kalau marah gak usah teriak-teriak', tapi kita enggak ngasih tahu contohnya," lanjutnya.
Sebelum itu, Moms harus menyampaikan pada anak bahwa normal untuk merasakan suatu emosi.
"Mau marah, sedih, senang, takut itu semua wajar dan normal," kata Gloria.
"Tapi, yang membuatnya sehat atau tidak sehat adalah perilaku, bagaimana mengekspresikannya," lanjutnya.
Di sinilah peran ibu untuk bisa mengajarkan bagaimana anak mengatur emosinya dengan baik.
Jadilah teladan untuk anak dalam setiap waktu, setiap momen, dan setiap situasi, untuk mengajarkan bagaimana pengelolaan emosi yang benar.
Gloria juga menekankan bahwa, pemberian pengajaran emosi harusnya dilakukan dalam waktu yang tenang.
"Yang sering terjadi justru orangtua baru mengajarkan ketika sedang terjadi konflik," kata Gloria.
Misalnya, ketika terjadi konflik, Moms bilang, 'kenapa sih harus nangis' pada anak.
Cara ini justru tidak efektif, karena itu harus dilakukan dalam situasi yang tenang.
"Saat anak merasakan emosi besar, seperti sedih, senang, dan takut, orangtua harus menjadi tempat yang aman untuk anak saat mengekspresikan dirinya," kata Gloria.
Baca Juga: Tanpa Amarah, Begini Cara Jitu Mengendalikan Emosi Anak
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR