Nakita.id – Amoeba pemakan otak belakangan menjadi topik yang ramai menjadi bahan perbincangan sekaligus menimbulkan kekhawatiran.
Hal ini mencuat setelah ditemukannya kasus kematian seorang pria asal Korea Selatan karena infeksi ini.
Spesies amoeba berbahaya yang dapat menginfeksi manusia adalah Naegleria fowleri.
Patogen tersebut mudah ditemukan di air tawar yang hangat seperti pada di danau, sungai, mata air panas dan tanah.
Amoeba Naegleria fowleri dapat menginfeksi manusia saat air yang mengandung amoeba ini masuk ke tubuh melalui hidung.
Kemudian, masuk melalui hidung berjalan menuju otak, di mana ia akan menghancurkan jaringan otak menyebabkan infeksi yang mematikan yang disebut primary amebic meningoencephalitis (PAM).
PAM adalah infeksi sistem saraf pusat yang sangat serius yang hampir selalu berakibat fatal.
Sebenarnya, amoeba pemakan otak ini bukanlah penyakit baru. Diketahui penyakit tersebut telah terdeteksi sejak 1980-an.
Uji klinis mengenai pengobatan infeksi amoeba pemakan otak masih sangat terbatas karena kasusnya jarang terjadi.
Meski begitu, terdapat beberapa pengobatan yang dapat diberikan.
Dilansir dari CDC, infeksi PAM dapat diobati dengan kombinasi obat-obatan, seringkali termasuk amfoterisin B, azitromisin, flukonazol, rifampisin, miltefosin, dan deksametason.
Baca Juga: Amoeba Pemakan Otak alias Naegleria fowleri, Akankah Sampai ke Indonesia?
Obat ini digunakan karena dianggap memiliki aktivitas melawan Naegleria fowleri dan telah digunakan untuk mengobati pasien yang selamat.
Miltefosin adalah obat terbaru dan telah menunjukkan aktivitas membunuh amoeba terhadap amuba yang hidup bebas, termasuk Naegleria fowleri, di laboratorium.
Selain itu, spesies Naegleria sangat sensitif terhadap obat antijamur amfoterisin B.
Obat ini telah digunakan sebagai antimikroba inti untuk pengobatan pilihan infeksi amoeba pemakan otak.
Dalam sebuah studi tahun 2017, amfoterisin B terbukti menginduksi kematian sel terprogram seperti apoptosis di Naegleria.
Dikutip dari Healthline, salah satu pengobatan yang menjanjikan adalah obat antijamur amfoterisin B.
Obat ini dapat diberikan secara intravena atau disuntikkan ke area sekitar sumsum tulang belakang pasien.
Adapun obat tambahan yang mungkin diberikan untuk mengobati infeksi amoeba pemakan otak adalah:
- Flukonazol, obat antijamur
- Azitromisin, antibiotik
- Rifampisin, antibiotik, meskipun dapat mengganggu obat lain yang digunakan untuk mengobati infeksi.
Baca Juga: Wapadai Penyebaran Amoeba Pemakan otak, Ternyata Dapat Masuk ke Otak Melalui Air yang Terkontaminasi
Hasil terbaik dari pengobatan datang dari diagnosis dini dan pengobatan dengan obat-obatan yang direkomendasikan.
Bersamaan dengan pendinginan tubuh hingga suhu di bawah normal untuk mengatasi pembengkakan otak.
Tanda-tanda pertama seseorang terinfeksi amoeba pemakan otak mulai terlihat dalam 1-12 hari setelah terinfeksi.
Kemudian, muncul gejala mual dan demam, diikuti kejang, halusinasi, dan bahkan koma pada tahap selanjutnya.
Infeksi menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian rata-rata dalam waktu sekitar lima hari.
Jika penyedia layanan kesehatan menduga seseorang mungkin telah terinfeksi oleh amoeba pemakan otak, mereka akan merekomendasikan tindakan tes keran tulang belakang.
Dikenal juga sebagai pungsi lumbal untuk melihat apakah organisme tersebut ada dalam cairan serebrospinal (CSF) pasien.
Penyedia layanan kesehatan juga bisa merekomendasikan biopsi otak.
Selama prosedur ini, mereka akan mengambil sampel jaringan dan memeriksanya di bawah mikroskop untuk memeriksa keberadaan amoeba.
Tanda dan gejala PAM muncul tiba-tiba dan parah pada awalnya, termasuk:
Demam tinggi, sakit kepala yang sangat menyakitkan, mual dan muntah, gemetaran, gejala seperti meningitis, termasuk leher kaku dan sangat sensitif terhadap cahaya (fotofobia), kebingungan mental, koma.
Baca Juga: Ini 7 Gejala Infeksi Amoeba Pemakan Otak yang Tewaskan Pria Asal Korea Selatan
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR