Diantaranya adalah pengetahuan, strategi, motivasi, dan perilaku.
Kecakapan ini perlu ditanamkan sejak dini, sehingga anak dapat berinteraksi dengan baik serta memiliki karakter positif.
Seperti budi pekerti, toleransi, keterbukaan, hingga adaptif.
Hal senada juga diungkapkan oleh Vera Itabiliana selaku psikolog anak dan remaja.
"Kecerdasan budaya mengacu pada kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dalam konteks beragam budaya, yang tentunya berkaitan dengan kompetensi kognitif atau berpikir, mengelola emosi, dan berperilaku saat berhadapan dengan orang lain," jelas Vera.
"Apabila anak cerdas budaya, mereka akan lebih luwes dalam bergaul, memiliki kecakapan komunikasi lebih baik, fleksibel dalam pikir atau open minded, serta mampu menjalin hubungan lebih harmonis dan minim konflik dengan orang-orang di sekitarnya," lanjutnya menjelaskan.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Sampoerna Academy mengembangkan kecerdasan budaya siswa melalui dua cara.
Yaitu pembelajaran budaya dan program trilingual yang diterapkan di sekolah, atau pembelajaran tiga bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Mandarin).
Selain menggunakan kurikulum berstandar internasional, Sampoerna Academy juga mempertahankan sistem budaya Asia dengan mengedepankan keharmonisan, nilai-nilai sosial, dan saling menghargai.
Hal ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pola pikir global sambil tetap menjunjung prinsip luhur Asia dimana mereka lahir atau tinggal.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR