Nakita.id – Anak Indonesia rentan mengalami stunting.
Masalah kesehatan ini memang menjadi kondisi yang membayang-bayangi Si Kecil di tanah air.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan juga perkembangan pada anak.
Stunting disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah malnutrisi (gizi buruk).
Dampak dari malnutrisi sendiri bisa menyebabkan ketertinggalan tumbuh kembang pada bayi.
Ini bisa membuat berat badan anak tidak naik sesuai dengan usianya.
Saat anak mengalami kurang gizi, ada banyak dampak yang bisa terjadi.
Berat badan kurang membuat mereka sulit untuk bisa memiliki tinggi badan yang sesuai dengan kurva pertumbuhan.
Pada saat bayi lahir hingga usia 6 bulan bayi akan bertambah panjang hingga 1,5 hingga 2,5 cm per bulannya.
Berat badan bayi juga akan bertambah sebanyak 140-200 gr per minggu.
Jadi jangan heran jika menginjak usia 5 bulan, bayi memiliki berat badan dua kali lipat dari berat lahir.
Baca Juga: Apakah Anak Perlu Suplemen untuk Mencegah Stunting?
Supaya sang buah hati tidak mengalami gizi buruk dan gagal tumbuh, maka Moms perlu mendukungnya dengan memberikan gizi terbaik.
Berikan asupan nutrisi sesuai dengan angka kecukupan gizi.
Tetapi bukan berarti Moms bisa bebas memberikan makanan apapun yang ada di rumah untuk diberikan pada anak.
Moms bisa berikan MPASI sesuai dengan usia sang buah hati.
Mulai dari segi tekstur, rasa, dan jenis makanan bisa disesuaikan dengan usia anak.
Dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, sena menuturkan jika ketertinggalan berat badan masih bisa dikejar.
Asalkan bayi masih di dalam masa pertumbuhan yaitu di masa 1000 hari pertama kehidupan manusia.
Pada periode emas, Moms bisa lebih mudah untuk memberikan makanan terbaik guna mencegah terjadinya stunting.
"Stunting masalah pertumbuhan jadi bisa diperbaiki selama masa pertumbuhan," ucap Sena.
Berat badan dan tinggi badan masih bisa dikejar selama masih dalam masa pertumbuhan.
Baca Juga: Anak Mengalami Stunting Masih Bisa Diperbaiki? Menurut Ahli Gizi Pertumbuhannya Bisa Dikejar!
"Di bawah lima tahun masih bisa kita kejar berat badan dan tinggi badannya," ungkapnya.
Berat badan bayi yang rendah untuk mencegah terjadinya stunting bisa diberikan MPASI padat energi saat usia 6 bulan.
"Menaikkan berat badan anak yang mengalami ketertinggalan perlu diberikan MPASI padar energi," ujar sang ahli gizi.
"Dalam MPASI bisa ditambahkan juga ASI eksklusif atau susu formula," sambungnya.
Penambahan ASI dan susu formula bisa membantu menaikkan berat badan anak yang kurang.
Moms indikator berat badan menurut tinggi badan sangat penting diperhatikan.
BB/TB ini bisa menentukan status gizi seorang anak dengan memandingkan berat dengan berat ideal.
Kemudian nanti bisa dikategorikan apakah anak termasuk obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, hingga gizi buruk.
Saat anak memiliki berat badan kurang, Moms bisa menambah asupan kalori.
Tetapi tetap dengan memilih sumber makanan yang sehat dan penuh gizi.
Bisa dikatakan percuma jika kalori dipenuh jika diberikan makanan seperti coklat, permen, atau minuman yang bersoda.
Pemberian jenis makanan seperti itu tentu bukanlah sebuah solusi.
Penambahan kalori bisa Moms peroleh dari kentang atau susu.
Status gizi juga bisa menentukan apakah anak bisa termasuk kategori stunting atau tidak.
Apabila status gizinya normal, anak termasuk dalam kondisi sehat.
Jika mengalami malnutrisi itu akan mengganggu pertumbuhan Si Kecil.
Anak yang stunting bukan hanya mengganggu masalah berat badan dan tinggi saja Moms.
Jika dicermati, stunting bisa mengganggu kecerdasan anak.
Itulah pentingnya pemenuhan gizi dengan memberikan MPASI terbaik.
MPASI yang diberikan dengan sesuai membuat status gizi Si Kecil sesuai dengan indikator.
Perlu diingat bahwa, status gizi mencegah terjadinya stunting.
Untuk mengetahui status gizi anak Moms bisa kunjungi posyandu setiap bulannya, atau bisa juga rutin melakukan kontrol dengan dokter spesialis anak atau bidan.
Baca Juga: Cara Mencegah Stunting yang Bisa Dilakukan di Awal Sebelum Menikah, Masa Kehamilan Hingga Bayi Mahir
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR