"Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis," ujar Devie.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat, hal ini untuk memperluas jangkauan sosialisasi masyarakat.
Pemenuhan zat gizi yang masih memprihatinkan menjadikan anak Indonesia rawan menjadi generasi stunting dan gizi buruk.
2 masalah ini tentu akan selalu menghantui anak-anak di Tanah Air.
Ketidaktahuan orangtua akan informasi kental manis membuat mereka masih terus menyajikan untuk sang buah hati.
Apalagi, kental manis mudah masyarakat temukan di warung-warung sekitar.
Secara kasat mata, penampilan kental manis disuguhkan sebagai minuman yang sehat.
Padahal, di dalamnya terkandung gula yang cukup tinggi.
Pemberian kental manis sebagai minuman sehari-hari memang jadi gambaran bahwa rendahnya ketidaktahuan orangtua akan nilai gizi susu.
Moms perlu ingat bahwa kental manis bukanlah susu dan bukan juga diperuntukkan bagi anak di bawah lima tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi, Moms bisa berikan Si Kecil ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan, jika Moms memiliki kendala dalam memberikan ASI segera konsultasikan dengan dokter dalam pemelihan susu formula atau minuman lainnya pengganti susu yang memang dianjurkan dan aman untuk sang buah hati.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR