Nakita.id - Pada Rabu, 22 Maret 2023 Nakita.id baru saja mengunjungi salah satu tempat wisata bersejarah yang syarat makna menjelang Ramadan.
Yaitu Umbul Pengging.
Tidak hanya sejarahnya yang unik, tapi pemilihan Umbul Pengging sebagai lokasi melaksanakan tradisi Padusan menjelang puasa Ramadan juga dikulik di sini.
Simak selengkapnya di sini, ya Moms.
Sebelum seperti sekarang banyak dikunjungi wisatawan dari dalam atau luar Boyolali, Umbul Pengging sebenarnya adalah tempat untuk rekreasi para anggota Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Jadi, Umbul Pengging dulunya adalah tempat tertutup bagi umum.
Umbul Pengging adalah sebuah kompleks pemandian peninggalan Kasunanan Surakarta terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Pemandian ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta yaitu Sri Paduka Paku Buwono (PB) X.
Menurut cerita masyarakat setempat pada awalnya pemandian ini merupakan tempat bersantai raja dan keluarga.
Nama Pengging sudah disebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan kompleks Candi Prambanan.
Di sini juga menjadi tempat dari tokoh bernama Ki Ageng Pengging yang dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak.
Baca Juga: Potret Bahagia Kareena Kapoor Foto dengan Zebra Saat Liburan Wisata Alam di Afrika
Tetapi semenjak berkembangnya Kesultanan Mataram dan masa-masa selanjutnya, wilayah Pengging kehilangan kepentingan dan pusat pemerintahannya berangsur-angsur menjadi tempat untuk pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus Mataram.
Karena sebagai tempat bersantai bagi raja dan keluarganya. Jadi pemandian itu tertutup untuk umum.
Tetapi seiring berjalannya waktu, pemandian itu bebas dimasuki pengunjung terutama mulai zaman kolonial Belanda.
PB X untuk keperluan ziarah dan beristirahat kemudian mendirikan Pesanggrahan yang dinamakan Ngeksi Purna yang kemudian dilengkapi dengan Umbul yang berjumlah tiga. Yakni Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan Umbul Duda.
Konon setiap bagian Umbul Pengging Boyolali itu memiliki cerita tersendiri. Ketiganya juga memiliki tingkat kedalaman berbeda dan masing-masing digunakan untuk tradisi yang berbeda pula.
Umbul Temanten sering dijadikan lokasi siraman bagi pasangan menjelang pernikahan, sedangkan Umbul Ngabean kerap menjadi tempat ritual kungkum.
Umbul Temanten dan Umbul Duda berbentuk persegi panjang, sementara Umbul Ngabean berbentuk bulat.
Umbul Temanten mulanya terdiri dari buah kolam yang kemudian oleh PB X dijadikan satu.
Kolam tersebut berukuran 33x24 meter, di keempat sudut kolam terdapat tangga masuk ke dalam kolam.
Pintu masuk depan menghadap utara, pada dinding depan dan belakang terdapat jajaran lubang angin berbentuk lengkung memanjang ke bawah. Pintu dan jendela berbentuk lengkung dan ditutup dengan jeruji besi.
Umbul Ngabean awalnya pada awalnya dibangun khusus untuk keluarga raja.
Umbul Ngabean berlantai alami dan ditutup dengan batu-batu kali. Diameternya 26 meter, terdapat tiga buah tangga semen untuk masuk ke dalam kolam.
Umbul Duda berbentuk persegi panjang berukuran 12x8 meter, berlantaikan tanah alami yang tertutup oleh batuan kali.
Terdapat sebuah tangga untuk memasuki kolam yang dikelilingi pagar jeruji besi setinggi 1 meter ini.
Saat ini pemandian alami ini menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Boyolali.
Banyak orang yang berkunjung ke wisata umbul itu, terutama ketika hari libur atau waktu tertentu seperti padusan.
Apa itu padusan? Simak di bawah ini.
Salah satu tradisi menjelang Ramadan yang terkenal adalah padusan.
Bagi umat Islam di berbagai penjuru dunia, Ramadan merupakan bulan suci yang disambut dengan persiapan khusus.
Memasuki bulan Ramadan, kaum muslim bukan hanya melakukan persiapan fisik untuk menjalani ibadah puasa sebulan penuh, tetapi juga persiapan batin yang meliputi proses penyucian diri untuk meningkatkan amalan dan ibadah di bulan suci.
Hal yang sama juga berlaku di Indonesia. Terdapat beragam kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan.
Salah satunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang dikenal dengan nama padusan.
Berasal dari kata adus yang berarti mandi. Padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan suci.
Tradisi yang merupakan warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun ini dijalani dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air.
Tujuan dari padusan ini adalah agar saat Ramadan datang, kita dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.
Selain itu, bila ditelisik lebih jauh, padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.
Oleh karena itu, semestinya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi.
Dalam sepi diharapkan muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dalam kondisi hening, akan hadir keyakinan dan kesadaran untuk melangkah memasuki bulan Ramadan yang suci sebagai pribadi yang lebih baik lagi.
Namun pada kenyataannya masyarakat memilih Umbul Pengging sebagai lokasi melaksanakan tradisi padusan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Tahun Baru Cocok untuk Camping Keluarga, Low Budget!
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR