Mendeteksi kemungkinan autisme untuk anak yang belum lahir memungkinkan untuk dilakukan.
Dilansir dari PsychCentral, menurut studi tahun 2015, pengujian genetik prenatal (PGT) tersedia di AS melalui layanan genetik klinis.
Tes ini mencari gen kerentanan ASD dan mengukur risiko ASD saja. Bayi dengan gen ini mungkin atau mungkin tidak mengembangkan autisme.
Seorang dokter spesialis kedokteran ibu-janin, seperti dokter kandungan/ginekolog, melakukan pengujian genetik janin menggunakan amniosentesis antara usia kehamilan 16 hingga 20 minggu.
Bentuk plasenta juga bisa menjadi faktor pengenal, seperti yang ditunjukkan di studi 2018 dari adik kandung anak autis yang belum lahir.
Saudara kandung ASD memiliki plasenta yang sedikit lebih tebal yang lebih bulat dengan batas yang lebih teratur daripada plasenta yang diukur dari populasi umum.
Variasi bentuk plasenta dianggap sebagai hasil dari adaptasi pertumbuhannya yang berkelanjutan sebagai respons terhadap perubahan kondisi intrauterin.
Jika bentuk plasenta seragam, ini mungkin menunjukkan bahwa ia belum mampu mengkompensasi perubahan rahim sebagaimana mestinya.
Seorang teknisi terlatih dapat memeriksa plasenta menggunakan ultrasound.
Teknologi yang aman dan non-invasif ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar komputer yang dapat diukur oleh teknologi tersebut.
Nah itu dia Moms, beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan anak lahir dengan kondisi autisme selama kehamilan.
Baca Juga: Hari Peduli Autisme Sedunia 2023, Begini Cara Berikan Pemahaman Anak Tanpa Autisme Soal Autisme
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR